Reporter: Hans Henricus | Editor: Markus Sumartomjon
JAKARTA. Pemerintah mewaspadai laju pergerakan inflasi selama dua bulan ke depan. Khususnya, menjelang bulan puasa dan Lebaran tahun ini.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan mengatakan lonjakan harga beras menjadi salah satu faktor pemicu inflasi dan menjadi fokus perhatian pemerintah dalam dua bulan ke depan. "Dalam bulan-bulan ke depan antisipasi kita terhadap harga beras dan saat memasuki Lebaran," ujar Rusman usai rapat terbatas tentang perkembangan makro ekonomi di Istana Wakil Presiden (Wapres), Jumat (11/6).
Rusman mengatakan laju kenaikan harga beras masih terjadi selama Juni ini. Selain beras, bahan pokok lain yang turut memciu inflasi adalah cabe merah dan cabe rawit. Oleh sebab itu, dia memperkirakan bulan ini masih terjadi inflasi . "Bulan ini sulit untuk mengatakan deflasi, yang pasti terjadi inflasi," katanya.
Menurutnya, tidak masalah jika pemerintah memutuskan untuk menekan harga beras. Sebab, kata dia, kebijakan itu tidak akan merugikan penghasilan petani lantaran saat ini posisi beras sudah berada di tangan tengkulak.
Saat ini posisi petani adalah net consumer atau tidak berada dalam masa panen. Justru, kata Rusman, yang bermain sekarang adalah tengkulak bukan petani. Untuk itu ia meminta pemerintah tetap mewaspadi kenaikan bahan pokok terutama beras.
Juru bicara Wakil Presiden, Yopie Hidayat bilang Wapres sepakat untuk mewaspai laju inflasi, termasuk mengawasi dengan ketat harga beras. Untuk itu Wapres sudah menugaskan Tim Pemantau Kebutuhan Pokok yang dipimpin Menteri Koordinator Perekonomian dengan anggota Wakil Menteri Perdagangan dan Wakil Menteri Pertanian. "Pusat komandonya ada di Kementerian Perdagangan untuk memantau ketat pergerakan harga-harga barang," kata Yopie.
Untungnya, masih menurut Yopie, Kepala BPS memaparkan komoditas lain seperti harga daging ayam, daging sapi, dan minyak goreng relatif stabil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News