Reporter: Petrus Dabu, Narita Indrastiti, Herlina KD | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Pemerintah benar-benar gagal mengendalikan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tahun ini. Karena habis, pemerintah harus mengajukan tambahan kuota premium dan kawan-kawannya sebanyak 500.000 kilo liter (kl) hingga 1 juta kl.
Kuota BBM bersubsidi tahun ini yang sebesar 40,49 juta kl bakal ludes pada minggu ketiga bulan ini. "Kami meminta tambahan kuota 500.000 hingga 1 juta kiloliter," tandas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Evita Legowo, Rabu (7/12).
Kalau tambahan kuota ini mendapat lampu hijau dari DPR, pemerintah mesti merogoh kocek dalam, sampai Rp 3 triliun. Sebab, "Tiap tambahan 500.000 kiloliter, diperkirakan uangnya sekitar Rp 1,5 triliun," kata Pri Agung Rakhmanto, pengamat migas.
Bahkan, Pri Agung memperkirakan, kantong pemerintah bisa jebol hingga Rp 4,5 triliun. Soalnya, "Saya dengar tambahan yang diinginkan 1,5 juta kiloliter," ujarnya.
Ini adalah permintaan tambahan kuota yang kedua tahun ini. Juni lalu, saat menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2011, pemerintah meminta tambahan kuota BBM bersubsidi dari 38,5 juta kl jadi 40,49 juta kl.
Namun, tampaknya, tak mudah bagi pemerintah mendapat persetujuan dari dewan. Harry Azhar Azis, Wakil Ketua Komisi XI DPR bilang, tambahan kuota BBM bersubsidi berpotensi melanggar Undang-Undang APBNP 2011. Pasalnya, tak ada klausul yang membolehkan penambahan kuota tersebut. "Ini akibat pemerintah tidak ada terobosan kebijakan," tegasnya.
Anggaran pemerintah tak hanya jebol akibat konsumsi BBM bersubsidi yang melebihi kuota, tapi juga karena harga minyak mentah Indonesia (ICP) naik di atas asumsi.
Pada APBNP 2011, pemerintah mematok ICP US$ 95 per barel. Faktanya, saat ini, rata-rata ICP sudah mencapai US$ 111 per barel. "Subsidi bengkak karena Indonesia masih impor minyak mentah," papar Menteri Keuangan Agus Martowardojo.
Tahun depan, kemungkinan besar pemerintah juga akan gagal mengendalikan konsumsi BBM bersubsidi. Indikatornya, kuota BBM di 2012 nanti cuma 40 juta kl. "Kuota di APBN 2012 tak realistis sehingga berpotensi jebol lagi," tutur Pri Agung. Tanpa ada solusi mendasar, dana anggaran akan menguap untuk subsidi BBM belaka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News