Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Koordinator Perekonomian menugaskan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) untuk membuat kajian impor gula konsumsi. Tujuannya untuk meningkatkan produktivitas pabrik gula berbasis tebu dan yang memiliki investasi baru.
"Kami minta mereka menganalisa untuk tahun depan alokasi impor untuk kebutuhan konsumsi," kata Deputi Menko Perekonomian Bidang Pangan dan Agribisnis Musdalifah saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (18/7).
Artinya, kajian impor gula yang ditugaskan kepada kedua perusahaan BUMN tersebut bukan untuk keperluan industri seperti yang dilakukan Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI). AGRI mengimpor gula mentah untuk suplai industri makanan dan minuman.
Menurutnya, keputusan tersebut dilakukan demi mengamankan stok gula. Perhitungannya, bila stok gula hingga Mei 2019 dalam posisi aman, maka impor tersebut bisa untuk alokasi periode tahun berikutnya.
BUMN diikutsertakan agar pabrik-pabrik gula milik BUMN dapat diberdayakan jadi lebih produktif, terutama bagi pabrik dengan investasi baru. "Kami mengutamakan pada pabrik-pabrik gula berbasis tebu dan investasi baru untuk mendapatkan itu," kata Musdalifah.
Mengutip pemberitaan KONTAN sebelumnya, kebutuhan gula nasional tahun ini diperkirakan mencapai 2,9 juta ton. Sedangkan kemampuan produksi petani nasional diperkirakan mencapai 2,4 juta ton. Artinya terdapat kekurangan antara produksi dan angka kebutuhan. Hal ini yang kemungkinan besar diupayakan untuk dipenuhi melalui impor gula tersebut.
Kemudian, holding perkebunan negara, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III telah menganggarkan Rp 23 triliun untuk memperbaiki sektor gula konsolidasi perseroan. Perusahaan ini akan merevitalisasi pabriknya, menyudahi pabrik yang tidak efektif dan menambah setidaknya lima pabrik baru. Sementara, RNI tengah mengkaji penambahan pabrik baru di luar pulau Jawa.
Pasca penugsan itu, PTPN dan RNI segera melakukan kajian jumlah impor gula mentah yang dapat mereka lakukan. Menurut PTPN, mereka mampu melakukan impor sebesar 85.000 ton yang dapat dilakukan pada September 2018. Sedangkan PT RNI memperkirakan kisaran 6.000 ton - 10.000 ton, namun angka masih harus dikaji lebih dalam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News