Reporter: Rika Panda | Editor: Dadan M. Ramdan
JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kemtan) mengaku sedang melakukan pembenahan perkebunan buah-buahan di Indonesia sehingga lebih tertata di masa mendatang. Ini dilakukan karena pemerintah mulai menyadari potensi buah-buahan tropis Indonesia sangat eksotis dan tidak diproduksi oleh negara-negara subtropis sehingga memiliki peluang pasar yang besar.
“Pada dasarnya kita punya buah-buah tropis yang eksotis yang tidak diproduksi di negara subtropis, artinya kita punya peluang pasar. Untuk itu, harus dilakukan pembenahan perkebunan untuk buah-buahan,” ujar Menteri Pertanian, Suswono, di Jakarta, Jumat (20/4).
Sayangnya, peluang-peluang pasar seperti ini kelihatanannya tidak ditangkap oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang relatif punya lahan luas. Namun, Suswono mengaku pihaknya sudah menyurati Kementerian BUMN agar PT Perkebunan Nusantara (PTPN) yang memiliki lahan luas mulai melakukan diverifikasi usaha, sehingga tidak spesifik pada satu komoditas saja. Misalnya, hanya spesifik pada tebu, kelapa sawit atau teh saja.
Sebenarnya, Mentan bilang usaha perkebunan buah eksotis Indonesia ini sangat menguntungkan, apalagi jika dilakukan secara luas. Artinya, usaha perkebunan buah-buahan ini padat permodalan, jelas rencana bisnisnya, dan relatif lebih cepat untuk balik modal. Contoh, tambah Suswono, perkebunan nanas di Lampung cukup berhasil dan dapat melakukan ekspor ke luar negeri. “Untuk buah-buahan tropis ada baiknya dikembangkan. Saya sudah menyurati Meneg BUMN. Kelihatannya sudah ada respons. Kalau ini dikembangkan bisa memberikan kontribusi,” harapnya.
Selain itu, Suswono juga mengaku mulai menjalin komunikasi dengan Australia dan New Zealand agar memberikan kesempatan kepada buah-buahan hasil Indonesia dapat masuk ke pasar kedua negara tersebut. Selama ini, buah-buahan asli Indonesia mengalami kesulitan masuk ke negara tersebut karena ketatnya karantina di sana.
Padahal, lanjut Suswono, kedua negara tersebut cukup mudah melakukan ekspor komoditas mereka di Indonesia, seperti daging dan sapi bakalan. Dengan telah dilakukannya pertemuan bersama menteri perdagangan kedua negara tersebut, Suswono mengatakan dirinya sudah menyampaikan agar negara-negara ini saling memberikan peluang menerima produk-produk negara Indonesia.
“Baik Australia maupun New Zealand kelihatannya akan memeberikan kesempatan beberapa buah kita, mungkin salah satunya salak, mangga, atau manggis. Pokoknya salah satunya kita harapkan bisa masuk. Kita bertahun-tahun sudah memperjuangkan ini, semoga ada prospeknya,” katanya.
Direktur Pemasaran Internasional Direktorat Jenderal Pengolahan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) Kemtan Mesah Tarigan mengatakan, pihaknya telah mengajukan klausal kerja sama dalam pengembangan pertanian dalam waktu dekat ini dengan pemerimtah New Zealand. Penjajakan pasar New zealand ini dilakukan setelah buah manggis Indonesia dapat diterima pasar Australia.
"Pada Juni mendatang, akan ada lima proyek dari sembilan proyek pengembangan pertanian dengan New Zealand. Saat ini pengajuan klausal kerja sama tersebut sedang dalam proses tender di sana," kata Mesah.
Direktur Jenderal Hortikulturan Kemtan Ibrahim Hasanudin mengakui peluang pasar buah-buah di luar negeri cukup tinggi. Namun, negara-negara tersebut memasang syarat sanitari, perkarantinaan, keamanan pangan yang sangat ketat dan harus dipenuhi. Untuk itulah, lanjut Ibrahim, akan dilakukan registrasi kebun.
“Semua kebun buah akan dilakukan registrasi, baik dari jenis pupuk yang digunakan, jenis tanam, cara pemeliharaan. Data-data inilah yang akan dibawa oleh eksportir ke negara tujuan untuk memaparkan mutu dan kualitas buah asli dari Indonesia,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News