kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.514.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.511   28,00   0,18%
  • IDX 7.760   25,02   0,32%
  • KOMPAS100 1.205   3,50   0,29%
  • LQ45 961   2,42   0,25%
  • ISSI 234   1,13   0,48%
  • IDX30 494   1,12   0,23%
  • IDXHIDIV20 593   1,74   0,29%
  • IDX80 137   0,38   0,27%
  • IDXV30 142   -0,50   -0,35%
  • IDXQ30 164   0,08   0,05%

Pemerintah masih butuh Bank Dunia dan ADB


Selasa, 28 April 2015 / 11:52 WIB
Pemerintah masih butuh Bank Dunia dan ADB
Perkuat kinerja, Triputra Agro Persada (TAPG) resmikan pabrik kelapa sawit baru di Kalimantan Tengah


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Hadirnya Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB) besutan China sebagai bank infrastruktur baru menarik perhatian khalayak dunia. Pemerintah Indonesia pun menyatakan perannya untuk bergabung dalam Bank Infrastruktur Asia tersebut.

Hadirnya AIIB di tengah lembaga pembiayaan lainnya yang sudah terlebih dahulu melintang seperti Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia (ADB) tidak membuat pemerintah melupakan dua lembaga tersebut. Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan respon terhadap AIIB memang masih menuai kritik ketika ia bertolak ke Washington Amerika menghadiri kegiatan World Bank.

Meskipun dalam hal ini, Bank Dunia dan ADB sendiri sudah bisa menerima bahwa AIIB akan muncul. Negara-negara berkembang, diakuinya, ingin mempunyai solusi sendiri dalam pembiayaan infrastruktur sehingga muncullah lembaga AIIB.

Adanya AIIB bukan berarti Indonesia tidak akan membutuhkan World Bank dan ADB yang selama ini telah membiayai pembangunan Indonesia. "Saya tidak mengartikan begitu," ujar Bambang akhir pekan lalu.

Berbagai lembaga pembiayaan seperti International Monetary Fund (IMF) hanya untuk mempertebal cadangan devisa, sedangkan untuk investasi infrastruktur hanyalah Bank Dunia, ADB, dan perjanjian bilateral dengan negara lain. Sebagai informasi, dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015, Indonesia mendapatkan pembiayaan proyek dari Bank Dunia sebesar US$ 428,88 juta atau Rp 5,36 triliun dan dari ADB sebesar US$ 172,21 juta atau Rp 2,15 triliun.

Realisasi penarikan pembiayaan hingga 31 Maret 2015 untuk Bank Dunia dan ADB masing-masing adalah US$ 48,51 juta dan US$ 10,36 juta. Menurut Bambang, Indonesia sendiri berencana untuk membuat bank infrastruktur global seperti AIIB namun berbasis islamik.

Nantinya pemerintah akan menggunakan pendekatan sukuk sebagai instrumen pembiayaan. "Mulainya kecil dulu karena kemampuan negara Islam tidak terlalu besar," terangnya. Harapannya, pelan-pelan islamic investment infrastructure bank besutan Indonesia ini akan menjadi besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM) Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet

[X]
×