kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Pemerintah masih bahas rencana desain ulang bansos


Kamis, 25 Juni 2020 / 16:44 WIB
Pemerintah masih bahas rencana desain ulang bansos
ILUSTRASI. Relawan dari Posko Perjuangan Rakyat (Pospera) memindahkan bantuan sosial (bansos) untuk warga


Reporter: Abdul Basith Bardan | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah masih membahas rencana perubahan desain bantuan sosial (bansos) dan meninjau sejumlah program bansos yang ada saat ini. Sehingga penyaluran bansos dapat lebih transparan dan akuntabel.

"Saat ini sedang dibahas sebagai bagian dari penataan program perlindungan sosial," ujar Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial Hartono Laras saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (25/6).

Baca Juga: Pemerintah telah cairkan anggaran perlindungan sosial sebesar Rp 59,77 triliun

Meski begitu Hartono belum menerangkan gambaran dalam desain ulang tersebut. Apakah nantinya akan ada penggabungan program ataupun pembentukan program baru.

Asal tahu saja saat ini di Indonesia terdapat berbagai program bansos. Secara reguler Indonesia memiliki program bantuan yang membantu belanja rumah tangga seperti program keluarga harapan (PKH) ataupun Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).

Ada pula jaminan sosial kartu sakti yang jadi andalan Presiden Joko Widodo selama kampanye yaitu Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Sembako, dan Kartu Pra Kerja. Belum lagi berbagai subsidi yang diberikan pemerintah bagi masyarakat miskin.

Selama pandemi virus corona (Covid-19) Indonesia juga memberikan sejumlah program bansos tambahan. Tambahan bansos baik tunai yang dikelola Kementerian Sosial maupun melalui Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi pun telah mencakup 60% masyarakat Indonesia saat ini.

Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy juga mendorong perbaikan dalam tata kelola bansos. Terutama berkaitan dengan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).

"Selama pandemi Covid-19 ini, kita harapkan menjadi momentum perbaiki DTKS," terang Muhadjir pekan lalu.

Baca Juga: Pemerintah akan mendesain ulang program bansos di tahun 2021

Muhadjir menerangkan terdapat 20 juta nama yang belum sinkron dengan nomor induk kependudukan. Data eror dalam DTKS juga masih tinggi seperti masyarakat miskin yang belum masuk DTKS begitu juga sebaliknya ada masyarakat miskin yang tercatat masuk dalam DTKS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×