kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Pemerintah khawatir dengan utang swasta


Senin, 24 Februari 2014 / 15:13 WIB
Pemerintah khawatir dengan utang swasta
ILUSTRASI. Rupiah berpotensi melemah pada perdagangan Kamis (6/10). KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Jumlah utang luar negeri dari sektor swasta terus mengalami pertumbuhan. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Meski demikian, pemerintah tetap mengaku khawatir dengan makin menumpuknya catatan utang para pengusaha Indonesia itu.

Staf khusus Presiden bidang ekonomi dan pembangunan, Firmanzah menjelaskan jika tumbuh diluar kendali utang swasta akan memberikan dampak negatif bagi situasi makro ekonomi Indonesia. Oleh karenanya, berbagai pihak harus mencermati perkembangan ini.

Berdasarkan Data yang dirilis Bank Indonesia (BI) akhir pekan lalu diketahui, jumlah utang swasta non-Bank Indonesia mencapai US$ 116,4 miliar, naik sangat signifikan dibandingkan tahun 2012 yang hanya sebesar US$ 103,2 miliar saja. Tingginya, jumlah utang swasta ini disebabkan peningkatan aktivitas ekspansi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan Indonesia. "Ini baik, tetapi tetap perlu dikendalikan," ujar Firmansyah Senin (24/2) kepada KONTAN.

Dalam kesempatan lainnya, Firmanzah juga menjelaskan potensi peningkatan utang swasta juga cukup besar. Itu disebabkan oleh rencana pemerintah yang mendorong hilirisasi Industri, terutama di sektor tambang. Kebijakan ini diperkirakan bakal membuat Industri pertambangan semakin ekspansif untuk mendapatkan dana pinjaman.

Meskipun demikian, Firmanzah memandang posisi utang Indonesia secara keseluruhan masih cukup aman. Itu terlihat dari rasio utang yang terbilang masih rendah, yaitu 30,24% pada tahun 2013. Rasio debt to PDB Indonesia ini bahkan terlihat masih lebih baik ketimbang negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara, seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Perlu dicermati juga, peningkatan debt to service ratio yang meningkat dari 34,95 persen pada 2012 naik menjadi 42,73 persen pada akhir 2013. Jika dibiarkan, kondisi ini akan memperburuk fundamental ekonomi Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×