Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
Senada, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal juga menekankan soal kualitas FDI. Pasalnya, investasi langsung yang mengalir deras ke dalam negeri juga bisa menjadi bumerang jika tidak berkualitas dan produktif bagi perekonomian di dalam negeri.
Alih-alih mengurangi CAD, kualitas investasi langsung yang buruk justru bisa menambah defisit akibat derasnya repatriasi modal sehingga membebani neraca pendapatan.
Baca Juga: Kampanye anti sampah plastik, Jamkrindo mulai berdayakan masyarakat kawasan Ciletuh
“Jadi mesti juga dipikirkan insentif yang tepat dari pemerintah agar bisa terjadi reinvestasi ke dalam negeri. Selain itu, arahkan juga FDI yang masuk ke sektor manufaktur karena sumber masalah fundamental ekonomi kita ada pada sektor manufaktur yang lemah,” ujar Faisal saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (28/11).
Adapun, secara kumulatif dari Januari-September 2019, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi mencapai Rp 601,3 triliun.
Terdiri atas realisasi investasi dalam negeri (PMDN) sebesar Rp 283,5 triliun atau naik 17,3% year-on-year (yoy) dan realisasi investasi asing (PMA) sebesar Rp 317,8 triliun atau naik 8,2% yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News