Reporter: Abdul Basith | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Indonesia dan China akan membahas kerja sama peluncuran satelit. Hal itu juga didorong oleh implementasi perjanjian kerja sama eksplorasi dan pemanfaatan ruang angkasa untuk maksud damai.
Implementasi tersebut disahkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) nomor 22 tahun 2019. "Masa implementasi, saat ini sedang diupayakan implementasinya," ujar Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (11/7).
Satelit yang rencananya diluncurkan merupakan satelit kecil. Thomas bilang satelit tersebut berfungsi untuk berbagai misi seperti penginderaan jauh, pemantauan kapal laut, dan komunikasi data.
Baca Juga: Bappenas sebut ibu kota baru nantinya akan berkonsep forest city
Oleh karena itu pembahasan kerja sama dilakukan untuk pengembangan roket bertingkat Indonesia. Sejak 2013, kerja sama itu telah dilakukan oleh Indonesia dan China.
Namun, belum banyak implementasi dari kerja sama tersebut. Salah satu pemanfaatan yang didapat Indonesia adalah dengan mendapat beasiswa program master dan doktor untuk peneliti Lapan.
"Pihak RRT (China) sudah mengambil manfaat untuk penjejakan (tracking) peluncuran satelit mereka dari perairan Indonesia," terang Thomas.
Baca Juga: Pasifik Satelit Nusantara kantongi kontrak membangun satelit multifungsi
Berdasarkan kerja sama tersebut terdapat 5 bentuk kerja sama. Pertama adalah Penelitian dan pembangunan satelit eksperimen untuk tujuan ilmiah, satelit penginderaan jauh, dan satelit komunikasi.
Kedua jasa peluncuran, penjejakan dan pengendalian satelit-satelit termasuk manajemen dan operasi di orbitnya. Ketiga penelitian, pembangunan, penggunaan dan pemanfaatan sistem ruas bumi satelit.
Keempat kerja sama akan mengatur bidang penelitian sains antariksa. Dan kelima bidang yang masuk dalam kerja sama adalah pemanfaatan dan saling berbagi data satelit penginderaan jauh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News