Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Inflasi pada November 2013 kembali merangkak naik. Badan Pusat Statistik mencatat angka inflasi November mencapai 0,12% sedikit lebih tinggi jika dibandingkan Oktober yang 0,09%.
Karena itu BPS, maupun pemerintah optimistis angka inflasi hingga akhir 2013 tidak akan mencapai 9%. Sebab biasanya inflasi Desember hanya sebesar 0,5%-0,7% saja.
Tekanan inflasi yang rendah bulan lalu, karena ada penurunan harga bahan makanan. BPS menghitung harga bahan makanan secara umum turun atawa deflasi sebesar 0,47.
Bahan makanan yang dominan menyumbang deflasi antara lain daging ayam ras, cabai rawit, telur ayam ras, cabai merah, ikan segar, dan bawang putih. Sedangkan penyumbang inflasi adalah bawang merah, jeruk, beras, mie kering instan, apel, dan minyak goreng.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, dengan perkiraan inflasi pada Desember 0,5%-0,7%, maka sampai akhir 2013 inflasi hanya akan ada di level 8,5%. "Kalau ada intervensi pemerintah, bisa lebih kecil lagi," ujar Sasmito, Senin (2/12).
Tekanan inflasi yang rendah bisa menjadi kabar positif bagi ekonomi Indonesia. Walau dalam asumsi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2013 pemerintah mematok target inflasi sebesar 7,2%, dalam prediksi pemerintah realisasi inflasi tahun ini diperkirakan sebesar 9,2%.
Menteri Keuangan Chatib Basri berharap pada Desember 2013 tekanan inflasi hanya 0,4%-0,5%, sehingga secara total inflasi 2013 berada di kisaran 8,4%. "Kalau pemerintah berupaya lebih mungkin bisa di kisaran 8,2%," katanya.
BI rate tetap
Kepala Ekonom Bank Negara Indonesia (BNI) Ryan Kiryanto memperkirakan sampai akhir tahun inflasi hanya ada di kisaran 8,4% karena gejolak harga sudah tidak terjadi lagi. Tidak adanya kekhawatiran inflasi tinggi, seharusnya bisa menjadi sinyal bagi Bank Indonesia (BI) untuk tidak menaikkan BI rate lagi. "Malah mestinya BI rate bisa diturunkan," katanya.
Sementara itu Ekonom Bank Danamon Anton Gunawan berharap beberapa kabar bagus di perekonomian Indonesia akan memberi kekuatan pada rupiah. Sehingga rupiah akan ada di Rp 11.600 per US$ hingga akhir tahun. Dia juga berharap BI tetap ada di 7,5% hingga akhir tahun.
Maklum jika bertahan lama, gejolak rupiah tentu akan ikut menyeret harga barang. Apalagi sebagian besar yang dijual di Indonesia adalah impor
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News