Reporter: Herlina KD |
JAKARTA. Melesetnya berbagai indikator ekonomi dalam APBN 2013 membuat pemerintah harus mengajukan RAPBNP 2013 kepada DPR. Pemerintah bilang, dalam bulan ini draf RAPBNP 2013 akan diajukan ke DPR.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Bambang Brodjonegoro menuturkan pemerintah tengah melakukan finalisasi RAPBNP 2013. "Dalam bulan ini akan diajukan ke DPR," ujarnya akhir pekan lalu.
Sebelumnya, Pelaksana tugas (Plt) Menteri Keuangan Hatta Rajasa mengatakan sebelum mengajukan RAPBNP 2013 ke DPR, pemerintah akan melakukan konsultasi (informal) dengan pimpinan DPR. Setelah itu, pemerintah baru akan mengajukan RAPBNP 2013 secara resmi ke DPR.
Untuk saat ini, finalisasi RAPBNP 2013 masih di tingkat pemerintah. Dalam beberapa pekan terakhir ini, Presiden juga menggelar rapat terbatas dan sidang paripurna di istana untuk membahas RAPBNP 2013. Namun, sepertinya draf RAPBNP 2013 yang final belum diajukan ke DPR.
Meski draf RAPBNP 2013 masih disiapkan, namun pemerintah memastikan adanya revisi berbagai asumsi ekonomi makro yang sudah tidak relevan lagi. Untuk perrtumbuhan ekonomi, pemerintah kemungkinan akan merevisi turun target dari 6,8% menjadi 6,2% - 6,3%.
Selain pertumbuhan ekonomi, kata bambang pemerintah akan mengubah asumsi harga minyak mentah (ICP), lifting minyak, nilai tukar rupiah dan inflasi.
Melihat kecenderungan harga minyak mentah dunia yang terus meningkat, Bambang bilang pemerintah akan merevisi naik asumsi ICP dalam RAPBNP 2013. "Karena rata-ratanya sudah dia US$ 100 per barel, kita harus cek lagi apakah asumsinya masih valid. Tapi, kisarannya di antara US$ 100 per barel - US$ 110 per barel," ujarnya.
Sementara itu pemerintah juga akan lebih realistis dengan target lifting minyak mentah. Bambang bilang, sesuai rekomendasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas, kemungkinan asumsi produksi minyak mentah tahun ini hanya akan ada di kisaran 840.000 barel per hari.
Untuk nilai tukar rupiah, Bambang menuturkan pemerintah masih terus mencermati perkembangannya dari hari ke hari. "Kami lihat sampai perkembangan hari ini, kemungkinan kita akan (revisi) di kisaran Rp 9.600 - Rp 9.700 per dollar AS," jelasnya.
Sedangkan untuk inflasi, Bambang bilang pemerintah akan berusaha menjaga inflasi tidak lebih dari 7% meski ada kenaikan harga BBM bersubsidi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News