CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.879   -19,00   -0,12%
  • IDX 7.150   -64,92   -0,90%
  • KOMPAS100 1.093   -9,22   -0,84%
  • LQ45 873   -3,14   -0,36%
  • ISSI 215   -2,73   -1,25%
  • IDX30 447   -1,29   -0,29%
  • IDXHIDIV20 539   -0,26   -0,05%
  • IDX80 125   -1,07   -0,84%
  • IDXV30 135   -0,50   -0,37%
  • IDXQ30 149   -0,21   -0,14%

Peluang AS Masuk ke Jurang Resesi di 2023 Naik Menjadi 50%


Jumat, 21 Oktober 2022 / 14:07 WIB
Peluang AS Masuk ke Jurang Resesi di 2023 Naik Menjadi 50%
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyebut, probabilitas Amerika Serikat (AS) jatuh ke jurang resesi pada tahun 2023 naik menjadi 50%.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menyebut, probabilitas Amerika Serikat (AS) jatuh ke jurang resesi terbuka lebar pada tahun 2023. Ini seiring dengan tingkat inflasi AS yang masih tinggi, pengetatan kebijakan moneter yang agresif, yang kemudian menekan potensi pertumbuhan ekonomi.

“Probabilitas untuk AS memasuki resesi pada tahun depan meningkat. Terakhir, angka kemungkinannya 50%, ini lebih tinggi dari perkiraan-perkiraan sebelumnya,” terang Gubernur BI Perry Warjiyo, Kamis (20/10) dalam pertemuan daring.

Ketegangan geopolitik masih menyebabkan disrupsi rantai pasok global, yang kemudian menyundut tingkat inflasi. Nah, untuk mengendalikan inflasi, bank-bank sentral termasuk bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) mengerek suku bunga acuan.

Baca Juga: Redam Gejolak Ekonomi, BI Maksimalkan Bauran Kebijakan Moneter

The Fed cukup agresif dalam menaikkan suku bunga acuan. Bahkan, Perry memperkirakan suku bunga acuan The Fed pada akhir tahun ini akan mencapai 4,5%. Tak berhenti sampai situ, suku bunga acuan AS berpeluang naik lagi menjadi 4,75% pada tahun 2023.

Sayangnya, Perry melihat, kenaikan suku bunga acuan The Fed ini tak serta merta bisa menurunkan tingkat inflasi AS. Kenaikan suku bunga acuan memang bisa mengendalikan inflasi dari sisi permintaan. Namun, masalahnya, inflasi pada masa ini bukan hanya karena naiknya inflasi.

Dengan demikian, mau tak mau otoritas AS juga perlu berupaya menjaga inflasi dari sisi pasokan, untuk memperkecil potensi stagflasi maupun resesi.

Lebih lanjut, Perry memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS pada tahun 2023 sebesar 1,2% yoy, melambat dari perkiraan pertumbuhan pada tahun 2022 yang sebesar 2,5% yoy. Plus, ditambah terbuka lebarnya peluang resesi di tahun depan.

Namun, ia pun menegaskan, risiko perlambatan ekonomi dan resesi tak hanya terjadi di AS. Ada sejumlah negara lain yang juga berpeluang mengalami perlambatan ekonomi maupun jatuh ke jurang resesi.

Baca Juga: BI Proyeksi Neraca Transaksi Berjalan Lanjut Surplus di Kuartal III 2022

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×