Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Akselerasi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia belum sejalan dengan penguatan daya beli atau purchasing power parity (PPP).
Laporan Bank Dunia (World Bank) April 2017 menunjukkan, Indonesia pada tahun 2016 menempati urutan kedelapan sebagai produsen barang dan jasa berdasarkan PPP. Posisi tersebut tidak berubah dibanding posisi pada tahun 2015.
China, Amerika Serikat, dan India menempati urutan tiga teratas PPP. Sementara posisi Indonesia dengan nilai PDB mencapai US$ 3,03 triliun, berada di bawah Jerman, Rusia, dan Brazil. Di bawah Indonesia, terdapat negara Inggris, Perancis, dan Italia.
Begitu juga dengan posisi PDB Indonesia berdasarkan nominal dollar Amerika Serikat (AS) yang berlaku, Indonesia menempati posisi ke-16, yang juga tidak mengalami perubahan dari posisi tahun 2015. PDB Indonesia tahun 2016 tersebut mencapai US$ 932 miliar.
Amerika Serikat, China, dan Jepang menempati posisi tiga teratas. Sementara posisi Indonesia berada di bawah Spanyol, Australia, dan Meksiko. Di bawah Indonesia terdapat Turkey, Belanda, dan Swiss.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, posisi Indonesia berdasarkan PPP tidak mengalami perubahan lantaran pertumbuhan PDB Indonesia berdasarkan PPP pada tahun 2016 hanya 6,4% year on year (YoY). Sementara China meskipun sedang mengalami kelesuan masih bisa tumbuh 8,1% dan India tumbuh 8,52%.
"Bisa dikatakan pertumbuhan kita masih tertinggal dibandingkan dua negara itu di kelompok delapan besar," kata Bhima kepada KONTAN, Rabu (5/7). Lebih lanjut menurutnya, posisi itu juga menunjukkan pertumbuhan PDB Indonesia tidak sejalan dengan penguatan daya beli atau PPP itu sendiri.
Bhima juga mengatakan, posisi Indonesia berdasarkan PPP yang tidak beranjak dari tahun 2015 juga disebabkan oleh nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tahun 2016 yang melemah dibanding tahun 2015.
Bhima memperkirakan, posisi Indonesia berdasarkan PPP masih sulit berajak di tahun ini. Sebab, kurs rupiah berpotensi melemah dibanding tahun lalu. Walaupun ia masih melihat potensi pertumbuhan PDB PPP Indonesia tahun ini lebih baik, yaitu bisa mencapai 6,5%-6,8% YoY.
"Bukan tidak mungkin dalam tiga tahun ke depan Indonesia berada di posisi lima besar berdasarkan PDB PPP," tambah dia.
Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri dalam situs pribadinya mengatakan bahwa jika pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini mencapai 5% dan Brazil diperkirakan di bawah 1%, maka posisi PDB PPP Indonesia tahun ini akan naik satu peringkat menggantikan posisi Brazil.
Ia juga memperkirakan, dalam waktu tidak sampai 5 tahun Indonesia bisa menyusul Rusia, karena pertumbuhan PDB Rusia diperkirakan hanya mencapai sekitar separuh pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News