Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasokan gula konsumsi menipis. Bahkan beberapa ritel modern telah alami keterbatasan stok saat ini.
Tenaga Ahli Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Yadi Yusriadi mengungkapkan, menipisnya stok gula konsumsi ini karena banyak produsen yang belum berproduksi dan menunggu musim giling.
"Stok saat ini insayaallah hanya cukup sampai minggu ke-2 Mei," jelas Yadi pada Kontan.co.id, Senin (22/4).
Yadi mengatakan menipisnya stok ini menyebabkan harga gula konsumsi di tingkat pasar tradisional melonjak. Sementara, di pasar modern ada keterbatasan stok karena terikat dengan Harga Acuan Pemerintah (HAP).
Baca Juga: Tidak Langka, Kemendag Menyebut Stok Gula Ada 330 Ribu Ton
"Beberapa daerah bahkan alami kelangkaan," ungkap Yadi.
Menurutnya kondisi saat ini sulit diintervensi dengan kebijakan pemerintah, mengingat instrumen stok gula yang dikuasai oleh BUMN pangan sangatlah kecil.
Untuk itu, saat ini yang bisa dilakukan adalah mempercepat realisasi impor oleh Id Food sambil menunggu musim giling dari pabrik gula dalam negeri berproduksi.
"Kondisi ini dapat dijadikan pelajaran pemerintah dalam pengendalian harga gula untuk masa mendatang," utasnya.
Sebelumnya, upaya membanjiri stok gula sudah dilakukan pemerintah melalui relaksasi sementara HAP gula konsumsi sebesar Rp 17.500/kg.
Khusus untuk wilayah Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, Papua Pegunungan, Papua Tengah, Papua Selatan, Papua Barat Daya, dan wilayah 3 TP (Tertinggal, Terluar, Terpencil, dan Perbatasan) harganya sebesar Rp 18.500 per kg.
Sebelum relaksasi HAP, harga gula konsumsi sebesar Rp 16.000 dan Rp 17.000 per kg di Indonesia timur dan wilayah 3 TP.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News