kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.209   -14,00   -0,09%
  • IDX 7.098   -66,17   -0,92%
  • KOMPAS100 1.058   -12,25   -1,14%
  • LQ45 827   -10,65   -1,27%
  • ISSI 213   -2,55   -1,18%
  • IDX30 425   -5,00   -1,16%
  • IDXHIDIV20 507   -8,83   -1,71%
  • IDX80 121   -1,34   -1,10%
  • IDXV30 125   -0,45   -0,36%
  • IDXQ30 140   -2,17   -1,53%

Pasca Fitch, S&P diyakini beri RI investment grade


Selasa, 24 Mei 2016 / 16:26 WIB
Pasca Fitch, S&P diyakini beri RI investment grade


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. Peringkat layak investasi (Investment Grade) yang dipertahankan lembaga pemeringkat Fitch Rating untuk Indonesia pada Mei 2016 membuat Bank Indonesia (BI) meyakini bahwa Standard and Poor's (S&P) akan menaikkan peringkatnya untuk Indonesia.

Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengatakan, prospek peringkat dari S&P positif setelah adanya pertemuan dengan lembaga pemeringkat internasional tersebut beberapa waktu lalu.

Hal tersebut lanjut Juda, didukung oleh fundamental ekonomi Indonesia yang membaik. "Sehingga tidak ada alasan lagi S&P untuk menahan peringkat," kata Juda di Jakarta, Selasa (24/5).

Dalam rapat dewan gubenur (RDG) 19 Mei lalu, Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan bahwa pihaknya memandang stabilitas makro ekonomi masih terjaga. Hal tersebut tercermin dari inflasi yang masih terkendali, yaitu 3,6% year on year (YoY) pada akhir April 2016 dan diperkirakan akan berada di titik tengah target 4% plus minus 1% pada tahun ini.

Selain itu, stabilitas yang terjaga tersebut juga tercermin dari perbaikan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) pada kuartal pertama tahun ini sebesar 2,1% dibanding kuartal sebelumnya sebesar 2,4%.

Begitu juga dengan nilai tukar rupiah selama Januari hingga akhir Maret 2016 yang menguat sebesar 3,96% dan penguatan tersebut juga berlanjut sepanjang April 2016 sebesar 0,55%.

Meski begitu, BI memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini dari 5,2%-5,6% menjadi 5%-5,4%. Hal tersebut lantaran belum kuatnya konsumsi rumah tangga karena belum kuatnya permintaan domestik seiring dengan lesunya permintaan global. Di sisi lain, investasi juga masih lambat di tengah akselerasi belanja pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×