CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.902   -8,00   -0,05%
  • IDX 7.167   -48,04   -0,67%
  • KOMPAS100 1.095   -7,66   -0,69%
  • LQ45 872   -4,17   -0,48%
  • ISSI 217   -1,53   -0,70%
  • IDX30 446   -1,67   -0,37%
  • IDXHIDIV20 540   0,28   0,05%
  • IDX80 126   -0,86   -0,68%
  • IDXV30 136   0,18   0,13%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,19%

Pasca Fitch, S&P diyakini beri RI investment grade


Selasa, 24 Mei 2016 / 16:26 WIB
Pasca Fitch, S&P diyakini beri RI investment grade


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. Peringkat layak investasi (Investment Grade) yang dipertahankan lembaga pemeringkat Fitch Rating untuk Indonesia pada Mei 2016 membuat Bank Indonesia (BI) meyakini bahwa Standard and Poor's (S&P) akan menaikkan peringkatnya untuk Indonesia.

Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengatakan, prospek peringkat dari S&P positif setelah adanya pertemuan dengan lembaga pemeringkat internasional tersebut beberapa waktu lalu.

Hal tersebut lanjut Juda, didukung oleh fundamental ekonomi Indonesia yang membaik. "Sehingga tidak ada alasan lagi S&P untuk menahan peringkat," kata Juda di Jakarta, Selasa (24/5).

Dalam rapat dewan gubenur (RDG) 19 Mei lalu, Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan bahwa pihaknya memandang stabilitas makro ekonomi masih terjaga. Hal tersebut tercermin dari inflasi yang masih terkendali, yaitu 3,6% year on year (YoY) pada akhir April 2016 dan diperkirakan akan berada di titik tengah target 4% plus minus 1% pada tahun ini.

Selain itu, stabilitas yang terjaga tersebut juga tercermin dari perbaikan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) pada kuartal pertama tahun ini sebesar 2,1% dibanding kuartal sebelumnya sebesar 2,4%.

Begitu juga dengan nilai tukar rupiah selama Januari hingga akhir Maret 2016 yang menguat sebesar 3,96% dan penguatan tersebut juga berlanjut sepanjang April 2016 sebesar 0,55%.

Meski begitu, BI memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini dari 5,2%-5,6% menjadi 5%-5,4%. Hal tersebut lantaran belum kuatnya konsumsi rumah tangga karena belum kuatnya permintaan domestik seiring dengan lesunya permintaan global. Di sisi lain, investasi juga masih lambat di tengah akselerasi belanja pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×