kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.753   42,00   0,27%
  • IDX 7.468   -11,36   -0,15%
  • KOMPAS100 1.154   0,16   0,01%
  • LQ45 915   1,77   0,19%
  • ISSI 226   -0,94   -0,41%
  • IDX30 472   1,65   0,35%
  • IDXHIDIV20 569   1,75   0,31%
  • IDX80 132   0,22   0,17%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,25   0,16%

Partai Demokrat merasa dihukum oleh publik


Sabtu, 04 Januari 2014 / 14:26 WIB
Partai Demokrat merasa dihukum oleh publik
ILUSTRASI. Pekerja melintas berada di atas kapal tongkang pengangkut batubara saat melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatra Selatan, Sabtu (14/5/2022).


Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Partai Demokrat merasa dihukum berat oleh publik sehingga sulit meningkatkan elektabilitasnya. Penyebabnya adalah deretan kasus korupsi yang melibatkan petinggi partai penguasa tersebut.

Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Hayono Isman, mengatakan, besarnya sorotan publik pada partainya merupakan risiko sebagai partai politik yang menang dalam Pemilihan Umum 2009. Ia yakin, pada waktunya, kepercayaan publik pada Demokrat akan meningkat secara perlahan.

"Kita akui merasa dapat hukuman publik yang luar biasa. Memang ada oknum Demokrat yang korupsi, tapi kita yakin publik akan kembali percaya," kata Hayono, di Jakarta, Sabtu (4/1/2013).

Pada 2014, kata Hayono, seluruh mesin partainya akan semakin gencar mengupayakan peningkatan elektabilitas. Meski begitu, ia sadar upaya itu tak akan tercapai dengan mudah. Pasalnya, sorotan publik yang kecewa pada Demokrat masih ada dan jelas terasa.

"Bukan pekerjaan yang mudah bagi Partai Demokrat karena elektabilitas kami sedang turun. Namun, kita percaya diri, tetap menjaga komitmen, kami yakin pada saatnya nanti akan ada kenaikan," pungkasnya.

Seperti diketahui, elektabilitas Demokrat terus merosot setelah sejumlah petingginya terjerat kasus korupsi. Di antaranya adalah mantan Sekretaris Dewan Pembina Partai Demokrat Andi Alfian Mallarangeng, dan mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum.

Sederet kasus korupsi di Demokrat akhirnya juga menciptakan kegaduhan di internal partai tersebut. Buntutnya, partai koalisi pendukung pemerintah mulai tidak solid, dan sorotan publik ke Demokrat juga semakin sinis. (Indra Akuntono)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×