kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Pandemi Covid-19 berpotensi turunkan pendapatan hingga Rp 1.158 triliun


Jumat, 19 Juni 2020 / 19:37 WIB
Pandemi Covid-19 berpotensi turunkan pendapatan hingga Rp 1.158 triliun
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat melakukan konferensi pers daring, Selasa (16/6).


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Covid-19 tidak hanya membawa akibat kepada aspek kesehatan dan sosial masyarakat, tetapi pandemi ini juga membawa konsekuensi ekonomi. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi ini.

"Masyarakat dibatasi interaksinya dan banyak yang kehilangan pekerjaan di sektor-sektor yang melayani masyarakat entah itu informal atau formal. Semuanya kena. Dan ini terjadi sangat cepat," kata Sri Mulyani dalam Townhall Meeting 2020, Jumat (19/6).

Baca Juga: Begini cara pemerintah mengatasi tiga dampak wabah corona ke ekonomi

Hilangnya pekerjaan dan penurunan jam kerja juga berarti hilangnya pendapatan masyarakat. Bahkan, menurut data yang dihimpun oleh pemerintah, bila pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diterapkan ini berlangsung hingga 30 minggu dalam tahun ini, maka pengurangan pendapatan bisa mencapai Rp 1.158 triliun.

Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan, pengurangan pendapatan ini tentu akan mempengaruhi daya beli masyarakat. Hilangnya daya beli masyarakat tentu bisa memberi dampak yang cukup besar bagi banyak aspek.

"Dari sisi pertumbuhan ekonomi, ada konsumsi masyarakat. Daya beli ini bisa mengerem konsumsi. Lalu juga dari sisi UMKM, kenapa UMKM kehilangan pembeli? Ya, karena pembeli daya belinya hilang," kata Suharso dalam rapat kerja bersama dengan Badan Anggaran DPR, Kamis (18/6).

Baca Juga: Selama work from home, Sri Mulyani curhat kerja hampir 24 jam

Suharso pun memaparkan hasil analisis pemerintah tentang kehilangan daya beli masyarakat akibat menurunnya jam kerja. Ia pun mengambil contoh dua sektor yang banyak menyerap tenaga kerja, yaitu manufaktur dan pariwisata.

Dalam 10 minggu pengurangan jam kerja, sebanyak 18,5 juta orang di sektor manufaktur sudah kehilangan 3,7 miliar jam kerjanya yang menyebabkan berkurangnya daya beli dengan total Rp 74,0 triliun.

Bila masa PSBB dilanjutkan, dalam 30 minggu diperkirakan sektor manufaktur kehilangan 11,1 miliar jam kerjanya yang berarti berkurangnya daya beli sebesar Rp 222 triliun.

Sementara dari sektor pariwisata, sebanyak 12,7 juta pekerja sudah kehilangan 2,54 miliar jam kerja mereka dalam 10 minggu PSBB ini. Hal ini setara dengan menurunnya daya beli dengan total Rp 50,8 triliun.

Baca Juga: Kenaikan cukai dan pandemi surutkan serapan tenaga kerja di industri hasil tembakau

Bila PSBB ini dilanjutkan, maka dalam 30 minggu diperkirakan sektor pariwisata akan kehilangan 7,62 miliar jam kerja dan itu setara dengan berkurangnya daya beli dengan total Rp 152,4 triliun.

Analisis ini hanya sebagian kecil dari yang telah dan akan dihadapi Indonesia akibat Covid-19. Untuk itu, pemerintah mengaku akan terus memasang strategi untuk mengurangi ancaman tersebut.

Sri Mulyani menambahkan, respons pemerintah adalah hal terpenting dalam masalah ini. Menurutnya, dengan instrumen yang tepat, maka bisa untuk mempersiapkan negara dalam menghadapi kondisi yang sangat volatile.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×