Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Gubernur Bank Indonesia (BI) menyambut baik diluncurkannya paket kebijakan ekonomi ke-15 oleh pemerintah. Paket kebijakan yang memfokuskan perbaikan sistem logistik tersebut diharapkan mampu membantu perbaikan neraca jasa.
Sebab, neraca jasa selama ini selalu mencatat defisit. Hal inilah yang menjadi komponen utama penyumbang defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD).
Agus mengatakan, ekspor Indonesia terlalu bergantung pada komoditas. Oleh karena itu, saat harga komoditas turun, transaksi berjalan Indonesia mencatat defisit besar di tahun 2013, mencapai 3,6% dari produk domestik bruto (PDB).
Saat ini lanjut dia, CAD Indonesia sudah lebih baik, yaitu di bawah 2% dari PDB di akhir tahun lalu. Meski demikian, capaian ini masih tertinggal dibanding negara-negara tetangga yang telah mencatat surplus.
Padahal kinerja neraca perdagangan juga sudah membaik karena selalu mencatat surplus. Agus bilang, terdapat permasalahan struktural pada CAD Indonesia, yaitu pada neraca jasa yang selalu mencatat defisit karena masalah transportasi.
Sebab, "80%-90% ekspor Indonesia ke luar negeri menggunakan kapal asing dan kontainer yang disewa asing. Tenaga kerja di kemaritiman juga yang asing," kata Agus, Jumat (16/6).
Di sisi lain, permasalahan pada CAD yaitu pada neraca pendapatan primer yang juga mencatat defisit. Namun, hal ini disebabkan oleh adanya pembayaran dividen dari investasi asing yang masuk, baik di portofolio maupun investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI).
"Akan tetapi kalau sekarang dimulai dengan (memperbaiki) neraca jasa, ini sudah progress dan ini untuk membangun Indonesia agar pertumbuhan ekonominya kuat, berkesinambungan, dan inklusif," tambah Agus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News