Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para pemangku kepentingan di bidang kesehatan global melakukan diskusi selama tiga hari untuk memikirkan bagaimana mengurangi dampak buruk terhadap kesehatan di Benua Afrika sembari mempertimbangkan isu-isu perubahan iklim.
Marrakesh menjadi tuan rumah Konferensi Afrika II tentang Pengurangan Risiko Kesehatan-Kesehatan Global Afrika. Konferensi ini digelar oleh Pemerintah Maroko pada tanggal 27-29 September di bawah naungan Raja Maroko Mohammed VI.
Para pemimpin administratif, ahli, hingga profesional dari Afrika dan benua lain mengambil bagian dalam konferensi yang bertujuan untuk mengurangi risiko yang mengancam kesehatan umum.
Para ahli fokus pada pengurangan risiko kesehatan yang terutama berasal dari penyalahgunaan zat, masalah air, dan lingkungan.
Pada konferensi global ini, para akademisi asal Indonesia diundang untuk memberikan masukan dan kontribusi. Salah satu pakar tersebut adalah Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Rumadi Ahmadi.
Baca Juga: Dukung Pedoman WHO, Asosiasi Tembakau Alternatif Teken Pakta Integritas
Rumadi, yang tampil di hadapan 500 pakar, menyampaikan komitmen Indonesia pada program Pengurangan Risiko Kesehatan.
"Indonesia, merupakan negara terbesar berpenduduk muslim. Komitmen utamanya adalah memberikan kemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi umat manusia, termasuk di bidang kesehatan, dan pelestarian lingkungan. Ini adalah sebagai bagian dari ajaran Islam," ulas Rumadi dalam keterangannya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa di Indonesia memiliki organisasi keagamaan yang bernama Nahdlatul Ulama (NU).
Menurutnya NU, sebagai organisasi Muslim terbesar di Indonesia, telah menggunakan pendekatan pengurangan dampak buruk untuk mengatasi permasalahan lingkungan di Indonesia.
Ditambahkannya, pesatnya pembangunan yang terjadi di suatu negara juga menimbulkan dampak negatif yang dapat berdampak pada lingkungan hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Secara khusus Rumadi memberikan solusi pengurangan bahaya kesehatan dari dampak merokok dengan cara menggunakan produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau dipanaskan, kantong nikotin dan rokok elektronik.
Baca Juga: Biar Efektif Turunkan Jumlah Perokok
Solusi ini disampaikan dengan pertimbangan adanya kenaikan prevalensi dari 27% pada tahun 1995 menjadi 36,3% pada tahun 2018 di Indonesia.
Menurutnya produk tembakau alternatif mampu menciptakan nilai ekonomi yang signifikan dari industri serta memiliki manfaat bagi kesehatan publik.
“Kami akan terus menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai pengurangan dampak buruk lingkungan dan tembakau, serta isu-isu strategis nasional lainnya melalui jaringan kami yang luas untuk memastikan implementasi kebijakan dari tingkat akar rumput,” ujar Rumadi.
Acara di Marrakesh dihadiri oleh para ahli dari seluruh dunia dan tokoh-tokoh dari sektor kesehatan benua Afrika, seperti Morgan Chetty, presiden "Koalisi Kesehatan Dokter Kwazulu Natal" dari Afrika Selatan; Amit N. Thakker, CEO Afrika Health Business dari Kenya; Tendai Mhizha, konsultan internasional dan penasihat strategis dari Zimbabwe; Salah Daak, konsultan internasional dan penasihat strategis dari Sudan; Marie Claire Makuza, koordinator Universal Health Coverage dari Zambia; Patrick Luwaga, kepala Jaringan Klinis di After Action Tinjau Layanan Kesehatan dari Uganda; Koleka Mlisana, kepala Departemen Mikrobiologi di Universitas Kwazulu Natal di Afrika Selatan; dan Dr Rania Mamdouh, seorang psikiater di Universitas Kairo di Mesir.
Panel yang telah dibahas adalah "Pengurangan Dampak Kesehatan dan Lingkungan: Kualitas Udara, Pemanasan Global, Penyakit Pernapasan", "Nutrisi dan Pendidikan Kesehatan: Perspektif Selatan-Selatan di Masa Depan ", "Air Minum: Investasi dan Modal Kontinental", dan "Pengurangan Risiko dan Ekosistem Masa Depan Afrika".
Baca Juga: Penerimaan Cukai Rokok hingga Agustus Turun 5,82%
Konferensi lahir dari keinginan para ahli Afrika untuk bersatu dan menyatukan masyarakat Afrika dalam bidang kesehatan mereka.
Konferensi ini menyatukan para ahli Afrika yang tertarik untuk berkontribusi terhadap pembangunan benua tersebut menuju kebijakan kesehatan masyarakat yang berdaulat, yang menangani lanskap kesehatan dalam seluruh aspek organik, ekonomi, sosial, pendidikan, identitas, dan budaya; sesuai dengan realitas spesifik benua tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News