kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pajak seret, pemerintah andalkan windfall profit


Senin, 27 Mei 2013 / 07:01 WIB
Pajak seret, pemerintah andalkan windfall profit
ILUSTRASI. Segarnya hidangan Rujak Tahu yang bisa dibuat dalam waktu 30 menit (dok/Dapur Kobe)


Reporter: Herlina KD | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Perubahan asumsi pertumbuhan ekonomi di Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) menyebabkan proyeksi penerimaan dari sektor perpajakan memble. Namun di sisi lain pemerintah mengatrol asumsi harga minyak sehingga mendongkrak penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari patokan di APBN 2013 yang sebesar 332,19 triliun, menjadi Rp 334,5 triliun.

Direktur PNBP Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani menjelaskan, perubahan proyeksi PNBP ini terjadi karena dua hal. Pertama asumsi harga minyak mentah naik dari US$ 100 per barel menjadi US$ 108 per barel. Kedua, proyeksi nilai tukar juga berubah dari Rp 9.300/US$ menjadi Rp 9.600/US$. "Ini menyebabkan penerimaan SDA naik," katanya pekan lalu.

Jika saja para kontraktor minyak dan gas bisa menggenjot produksi mereka hingga mencapai target lifting sebesar 900.000 barel per hari, bujet pemerintah bisa menerima windfall profit minyak. Sayangnya pemerintah hanya bisa menyepakati produksi minyak tahun ini sebesar 840.000 barel per hari saja.

Tak hanya itu, Bambang Brodjonegoro, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF), bilang, lifting gas bumi juga dipangkas dari target awal setara 1,36 juta barel per hari, di RAPBN-P 2013 turun menjadi 1,24 juta barel per hari. "Kenaikkan Harga gas tidak setinggi minyak bumi," ujar Bambang akhir pekan lalu.

Akibatnya pemerintah memangkas target penerimaan di sektor gas bumi sebesar Rp 3,5 triliun alias turun 6,4%, dari Rp 53,95 triliun menjadi Rp 50,48 triliun.

Menambah dividen

Setelah penerimaan dari sumber daya alam tak banyak bisa meningkat, pemerintah pun berupaya menggenjot PNBP dari pos penerimaan laba badan usaha milik negara (BUMN). Memang nilainya tidak terlalu besar, dari Rp 33,5 triliun naik sedikit menjadi Rp 35,46 triliun.

Askolani bilang, peningkatan itu akan berasal dari tambahan dividen dari PT Krakatau Steel dan setoran royalty dari PT Freeport Indonesia. Pemerintah juga berharap ada realisasi pembayaran dividen perbankan yang melebihi target awal. Namun, ia belum merinci pembagian dividen masing-masing BUMN.

Memang BUMN perbankan masih menjadi andalan sebagai kasir setoran dividen tahun ini. Maklum, meskipun ekonomi melambat, perbankan Indonesia masih mampu mencetak laba yang fantastis, termasuk bank BUMN seperti Bank BRI, Bank Mandiri, juga Bank BNI.

Selain itu, Pemerintah juga menggenjot PNBP lain di instansi pemerintah. Nilainya mencapai Rp 84 triliun.      


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×