Reporter: Anastasia Lilin Y | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - NUSA DUA. Organisasi konservasi laut global Oceana mendukung upaya peningkatan transparansi perikanan dunia dalam konferensi Our Ocean di Bali. Mereka mencatat, sekitar sepertiga dari stok ikan dunia telah ditangkap secara berlebihan.
Penyebabnya, bajak laut modern terus menjarah lautan dengan menggunakan metode penangkapan ikan yang merusak seperti pukat harimau atau bottom trawling. Tindakan tersebut mengancam negara-negara yang bergantung pada makanan laut sebagai sumber utama protein.
Sementara kehidupan laut yang penting seperti ikan hiu pun terus menurun jumlahnya akibat penangkapan ikan hiu yang berlebihan. Marak terjadi praktik pemotongan sirip ikan hiu yang brutal dan membuang tubuhnya ke laut.
Kampanye Oceana menggunakan pendekatan antar negara. Tujuannya untuk memenangkan kebijakan yang dapat memulihkan dan meningkatkan kelimpahan laut.
Indonesia adalah negara pertama yang menerapkan transparansi perikanan dengan membuat data palacakan kapal (Vessel Tracking Data) yang bisa diakses oleh publik. Selanjutnya Peru menyusul. "Pergerakan global transparansi dimulai dari sini, di Indonesia,” ujar Andrew Sharpless, Chief Executive Officer Oceana dalam keterangan tertulis kepada media, Minggu (20/10) malam.
Tak cukup daur ulang
Kampanye Oceana yang lain yakni pengurangan produksi plastik. Setidaknya ada 17,6 miliar pon sampah plastik memasuki lautan setiap tahun. Hal itu terjadi karena perusahaan terus-menerus menggunakan kemasan plastik.
Jacqueline Savitz, Chief Policy Officer Oceana mengatakan, upaya mendaur ulang dan menggunakan kembali atau reuse, bukan jalan keluar yang tepat. Makanya Oceana mendorong perusahaan untuk mengurangi produksi plastik dan mencari solusi alternatif lain untuk produk mereka.
Dalam kesempatan yang sama, Nadine Chandra, artis, aktivis laut, environmentalist dan anggota Celebrity Supporter Oceana mengatakan, pentingnya peran setiap orang dalam menjaga kelestarian laut. "Kita dapat memulai dengan menolak penggunaan botol plastik, sedotan, tas sekali pakai (single-use) dan kita juga harus menuntut perusahaan berhenti memproduksi lebih banyak plastik di negara ini,” katanya.
Asal tahu, sejak 2014, konferensi Our Ocean telah menghasilkan dana sebanyak US$18 milliar untuk konservasi. Dana itu juga telah melindungi lebih dari 12 juta kilometer persegi lautan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News