kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.491.000   15.000   1,02%
  • USD/IDR 15.820   35,00   0,22%
  • IDX 7.204   69,65   0,98%
  • KOMPAS100 1.108   14,06   1,29%
  • LQ45 877   9,28   1,07%
  • ISSI 220   3,39   1,56%
  • IDX30 449   5,06   1,14%
  • IDXHIDIV20 541   5,49   1,03%
  • IDX80 127   1,71   1,37%
  • IDXV30 135   1,49   1,11%
  • IDXQ30 149   1,40   0,95%

Nikkei: Indeks PMI Indonesia Mei naik ke 51,7, tertinggi dalam 23 bulan


Senin, 04 Juni 2018 / 10:31 WIB
Nikkei: Indeks PMI Indonesia Mei naik ke 51,7, tertinggi dalam 23 bulan
ILUSTRASI. Aktifitas Perakitan Truk Hino di Pabrik Perakitannya


Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mesin manufaktur Indonesia masih panas. Nikkei Indonesia Manufacturing Purchasing Managers' Index menunjukkan, indeks manufaktur Tanah Air bulan Mei 2018 di posisi 51,7, naik dari posisi 51,6 di bulan sebelumnya. 

Kenaikan ini memang tipis. Tapi, Nikkei mencatat, ini merupakan level tertinggi dalam 23 bulan terakhir atau sejak Juni 2016. 

Sekadar informasi, PMI di atas level 50 menunjukkan manufaktur berekspansi. Sedangkan di bawah level 50, ada kontraksi di sektor ini.

Pergerakan manufaktur di bulan Mei terdorong permintaan baru yang tumbuh dengan level tercepat sejak Juli 2014. Sementara produksi terus naik dalam empat bulan terakhir, dan ini menjadi periode ekspansi terpanjang selama lima tahun terakhir. 

Permintaan domestik yang menguat menjadi pendorong manufaktur Indonesia. Pasalnya, dalam catatan Nikkei, sampai Mei lalu permintaan ekspor sudah turun enam bulan berturut-turut.

"Kesehatan sektor manufaktur Indonsia di bulan Mei merupakan yang terkuat sejak Juni 2016 ditopang pertumbuhan bisnis baru dengan level terkuat sejak Juli 2014. Panelis melihat, PMI ini merefleksikan permintaan domestik yang lebih kuat, sementara permintaan dari pasar global masih tenang," tulis Aashna Dodhia, Ekonom di IHS Markit dalam rilis resminya, Senin (4/6).

Salah satu tantangan manufaktur Indonesia di bulan Mei adalah tren pelemahan rupiah terhadap dollar AS yang mempengaruhi bahan baku impor. Akibatnya, inflasi biaya produksi pun terkerek tajam ke level tertinggi sejak Oktober 2015. 

Tapi, Dodhia melihat Bank Indonesia sudah mengambil langkah menolong rupiah dengan menaikkan bunga acuan. Sekadar informasi, dalam bulan Mei, BI menaikkan 7-day (reverse) repo rate dua kali, total 50 basis poin ke posisi 4,75%.

"Diharapkan, kebijakan bunga acuan ini akan menjaga Indonesia dari larinya dana asing (capital flight) dan meringankan tekanan rupiah," katanya.  

Dalam kondisi ini, Nikkei mencatat, produsen optimistis ada perbaikan di sektor manufaktur ke depan. Optimisme untuk jangka pandang 12 bulan ini merupakan yang tertinggi dalam tiga bulan terakhir. 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective [Intensive Boothcamp] Financial Statement Analysis

[X]
×