Reporter: Oginawa R Prayogo, Anna Suci Perwitasari | Editor: Edy Can
JAKARTA. Setelah tekor, di semester dua ini, neraca pembayaran Indonesia mengalami titik balik. Bank Indonesia (BI) memprediksi, neraca pembayaran kita di triwulan III ini mulai menuai surplus.
Direktur Eksekutif Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI, Perry Warjiyo menyebutkan, pada triwulan ini terjadi lonjakan dana asing yang masuk di pasar saham dan obligasi negara. Alhasil, "Surplus balance of payment di triwulan tiga pun bisa mencapai US$ 1,5 miliar, setelah triwulan dua defisit US$ 2,8 miliar," ujarnya, kemarin (21/9).
Berdasarkan catatan KONTAN, sepanjang Juli-18 September ini terjadi tambahan dana asing di surat utang negara sebesar Rp 17,09 triliun. Sedangkan lonjakan dana asing di pasar saham sepanjang bulan ini saja mencapai Rp 8,35 triliun. Perry optimistis, di triwulan empat nanti neraca pembayaran Indonesia juga masih surplus US$ 1 miliar.
Sementara defisit transaksi berjalan (current account) masih tetap defisit. Tapi angka defisitnya mulai menyusut dari 3,1% terhadap produk domestik bruto (PDB) pada triwulan II, menjadi 2,1% di triwulan III/2012."Kami perkirakan harga komoditas di triwulan empat akan rebound. Jadinya defisit curent account masih 2%," tandasnya.
Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti sependapat dengan perkiraan Bank Indonesia (BI) bahwa defisit current account di triwulan ketiga akan turun di kisaran 2,1% dari PDB. Ia melihat, ekspor Indonesia dalam dua bulan terakhir mulai membaik, karena tertolong bangkitnya harga komoditas di pasar global. Impor juga ada penurunan, terutama impor minyak.
Selain dana asing di saham dan obligasi, Destry menambahkan adanya lonjakan realisasi investasi langsung atau foreign direct investment (FDI). "Triwulan kedua saja FDI tumbuh 30% dan berlanjut di triwulan ketiga," katanya.
Ekonom Indef, Enny Sri Hartati menimpali, arus dana asing kembali masuk ke Indonesia, antara lain karena BI mengerek bunga Fasilitas BI. Begitu pula, kupon obligasi yang ditawarkan pemerintah. "Suku bunga di Indonesia masih itu tertinggi di jajaran negara Asia lainnya," kata Enny.
Tapi, lonjakan dana di portofolio investasi atau hot money ini merupakan risiko. Kalau suatu saat dana ini berbalik keluar, maka akan mengguncang rupiah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News