kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Negara berkembang bergejolak, Indonesia terimbas?


Selasa, 28 Januari 2014 / 20:31 WIB
Negara berkembang bergejolak, Indonesia terimbas?
ILUSTRASI. Ciri-ciri pertama diabetes pada wanita adalah


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Ekonomi negara-negara dunia berkembang seperti Argentina yang gejolak dikhawatirkan segera menyeret negara berkembang lain, termasuk Indonesia.

Dalam beberapa hari terakhir, mata uang peso Argentina melemah hingga 20% terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Cadangan devisa Argentina pun anjlok. Sedangkan di China yang dipercaya sebagai penggerak pasar Asia juga mengalami pelemahan industri manufaktur.

Meskipun begitu, pemerintah masih melihat optimistis perekonomian Indonesia tahun ini. Deputi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Bidang Industri dan Perdagangan Edy Putra Irawady
mengatakan perekonomian akan lebih baik dengan kondisi investasi yang mendukung.

Optimisme ini berdasar pada banyaknya kebijakan pemerintah yang mendorong nilai tambah seperti kebijakan revisi Daftar Negatif Investasi (DNI) yang lebih membuka bagi investor asing untuk masuk.
Namun, memang ada kekhawatiran akan kondisi ekonomi global sekarang ini yang bisa memberikan tekanan signifikan.

"Secara keseluruhan ekonomi bisnis tetap jalan," ujar Edy kepada KONTAN, Selasa (28/1). Menurut Edy, Penanaman Modal Asing (PMA) akan meningkat dibanding 2013. Ini tentu akan memberikan imbas yang baik terhadap perekonomian untuk mencapai target 6% dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014.

Sementara itu Juniman Kepala Ekonom BII berpendapat, permasalahan ekonomi global yang terjadi sekarang ini harus dicermati pemerintah khususnya yang sekarang menimpa Argentina dan China. Apabila lengah, krisis ini bisa menular ke Asia.

Soal China. China adalah negara tujuan ekspor terbesar bagi Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat China menjadi tujuan ekspor non migas terbesar. Dari Januari hingga November  2013 kemarin total nominal ekspornya mencapai US$ 18,93 miliar. Diikuti Jepang dengan US$ 14,69 miliar dan Amerika Serikat dengan US$ 13,79 miliar.

Kalau industri manufaktur China melambat otomatis pertumbuhan ekonominya pun melambat. Akibatnya, ekspor Indonesia ke negeri tirai bambu tersebut pun turun. Tidak hanya itu, perlambatan ekonomi China ini akan memberikan kesan negatif bagi investor global.

"Investor jadinya wait and see untuk masuk ke negara berkembang, termasuk ke Indonesia," tandas Juniman. Alhasil kalau ini terjadi, pertumbuhan ekonomi Indonesia di angka pesimisnya hanya bisa bertumbuh 5,2%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×