kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.482.000   11.000   0,75%
  • USD/IDR 15.490   -65,00   -0,42%
  • IDX 7.496   -47,74   -0,63%
  • KOMPAS100 1.161   -10,37   -0,89%
  • LQ45 930   -7,66   -0,82%
  • ISSI 225   -1,75   -0,77%
  • IDX30 479   -4,07   -0,84%
  • IDXHIDIV20 576   -4,59   -0,79%
  • IDX80 132   -1,10   -0,82%
  • IDXV30 142   -0,97   -0,68%
  • IDXQ30 160   -1,14   -0,70%

Minyak longsor, harga BBM mestinya turun


Jumat, 28 Agustus 2015 / 10:59 WIB
Minyak longsor, harga BBM mestinya turun


Reporter: Adinda Ade Mustami, Muhammad Yazid | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Merosotnya harga minyak dunia saat ini ke level di bawah US$ 40 per barel tak membuat pemerintah menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM). Padahal BBM premium kini mengikuti harga pasar global.

Saat ini, harga minyak dunia turun drastis hingga menyentuh level US$ 38,60 per barel.

Dengan harga minyak mentah yang masih ada di bawah level US$ 40 per barel dan rupiah mendekati Rp 14.000 per dollar AS, harga keekonomian BBM jenis premium saat ini ikut turun dari harga yang dijual ke masyarakat saat ini sebesar Rp 7.400 per liter.

"Harga keekonomiannya sekarang Rp 6.000-6.500 per liter," kata Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro, kemarin.

Saat ini pemerintah masih enggan menurunkan harga BBM premium dan solar dengan alasan untuk mengganti kerugian Pertamina yang diklaim sebesar Rp 12 triliun karena tidak menaikkan harga BBM di kuartal I lalu.

Kardaya Warnika, Ketua Komisi VII DPR RI mengatakan, pemerintah harus mendahulukan kepentingan masyarakat dibandingkan memberikan kompensasi atas kerugian PT Pertamina.

Sebab itu, di saat harga minyak dunia turun hingga 30% seharusnya pemerintah menurunkan harga BBM untuk jenis solar subsidi dan premium.

Batas waktu enam bulan untuk evaluasi harga BBM pemerintah akan jatuh pada awal September depan.

"Jadi pemerintah mau membantu siapa, PT Pertamina atau masyarakat," kata Kardaya, Kamis (27/8)

Kardaya bilang, dia telah menerima kajian bahwa harga solar yang dijual badan usaha swasta lebih rendah dibandingkan solar subsidi yang dipasarkan PT Pertamina.

Contohnya, harga solar subsidi PT Pertamina mencapai Rp 6.900 per liter, sedangkan harga solar non Pertamina mencapai Rp 6.400 per liter.

Begitu juga dengan premium yang seharusnya turun karena harga minyak impor di Singapura sudah turun jauh.

"Saya melihat harga BBM harus segera diturunkan, karena penguatan dollar tak sebanding dengan penurunan harga minyak," jelas Kardaya.

Sebelumnya, Direktur Jenderal (Dirjen) Anggaran Kementerian Keuangan (Kemkeu) Askolani mengungkapkan, dari hasil kajian terakhir yang dilakukan akhir Juli lalu, harga keekonomian BBM pada Agustus 2015 tidak jauh berbeda dengan harga keekonomian BBM sekarang yaitu Rp 7.400 per liter untuk premium.

Namun Askolani tak mengungkapkan kajian harga BBM per akhir Agustus untuk berlaku di bulan September nanti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES)

[X]
×