Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Yudho Winarto
Kemudian pengembangan dari sektor manufaktur. Fajar menilai, saat ini merupakan momen yang tepat bagi pemerintah untuk memperbaiki sektor industri manufaktur Indonesia mulai dari hulu hingga hilir.
Apalagi, saat ini terganggunya aktivitas perdagangan mengakibatkan menurunnya intensitas impor bahan baku untuk industri manufaktur.
"Lagi-lagi ini adalah momentum agar semangat meningkatkan kandungan lokal dalam industri manufaktur segera terealisasi, khususnya yang berasal dari usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)," paparnya.
Baca Juga: Italia terkejut, kasus virus corona melonjak tiba-tiba dari 3 menjadi 152 kasus!
Jadi, untuk meningkatkan kandungan lokal dalam industri manufaktur, Fajar menginisiasi agar pemerintah melakukan substitusi impor dengan meningkatkan peran UMKM. Terlebih, saat ini 70% bahan baku untuk keperluan industri manufaktur masih bergantung pada impor.
Menurut Fajar, akan lebih baik apabila bahan baku impor ini ternyata dapat diproduksi sendiri di dalam negeri.
Walaupun sumber daya untuk memproduksi bahan-bahan di industri manufaktur masih belum memadai, tetapi hal ini bisa dimulai dari sekarang. Meskipun begitu, apabila memang bahan-bahan ini bisa didapatkan dengan lebih murah melalui impor, Fajar bilang tak menutup kemungkinan apabila opsi impor tetap dilakukan.
"Jika memang lebih murah untuk impor, untuk apa produksi di dalam negeri? Saya percaya dengan global production network dan global value chains," ungkapnya.
Selanjutnya, pengembangan dari sektor pariwisata dapat dilakukan melalui pemberian diskon tiket pesawat serta peningkatan fasilitas, khususnya bagi generasi milenial. Dalam hal ini, peningkatan fasilitas yang dimaksud adalah melakukan kerja sama antra maskapai dengan industri start up atau media sosial yang memang sangat dekat dengan gaya hidup anak muda.
Baca Juga: Cucu Menko Luhut, Faye Simanjuntak, masuk jajaran Forbes Indonesia 30 under 30