kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.797   -2,00   -0,01%
  • IDX 7.460   -19,91   -0,27%
  • KOMPAS100 1.153   -1,43   -0,12%
  • LQ45 914   0,41   0,05%
  • ISSI 225   -1,12   -0,49%
  • IDX30 472   0,95   0,20%
  • IDXHIDIV20 569   1,36   0,24%
  • IDX80 132   0,02   0,01%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,24   0,16%

Menunggu obat kuat untuk rupiah


Jumat, 28 Maret 2014 / 10:21 WIB
Menunggu obat kuat untuk rupiah
ILUSTRASI. Pedagang menunjukkan plastik berisi minyak goreng curah di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Minggu (12/6/2022). KONTAN/Fransiskus SImbolon


Reporter: Asep Munazat Zatnika, Syarifah Nur Aida, Adi Wikanto | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Menjelang penggunaan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (IDR Jisdor) sebagai acuan di pasar non deliverable forward (NDF) di Singapura hari ini, rupiah malah melemah. Pada perdagangan Kamis (27/3), kurs tengah Bank Indonesia mencatat nilai tukar rupiah Rp 11.438 per dollar Amerika Serikat (AS), sehari sebelumnya Rp 11.408.

Namun, para ekonom meyakini tekanan terhadap rupiah hanya sementara. Mengingat, sebentar lagi pasar domestik mendapat harapan positif dari data ekonomi.

Harapan itu datang pengumuman rutin Badan Pusat Statistik (BPS), yakni pengumuman angka inflasi Maret 2014 dan kinerja ekspor-impor Februari 2014. Hasil penelusuran KONTAN ke sejumlah ekonom menyatakan inflasi tetap rendah dan neraca dagang kembali mencatatkan surplus. Surplus dagang menjadi modal positif bagi pergerakan rupiah ke depan.

Kepala BPS Suryamin, membocorkan, neraca dagang dan inflasi akan memberi kabar baik bagi perekonomian nasional. "Inflasi akan menurun dan neraca perdagangan mudah-mudahan surplus," ujar Suryamin, Kamis (27/3).

Hanya saja, Suryamin enggan memberikan angka pasti. Namun, ia sependapat dengan perhitungan Bank Indonesia (BI) yang memperkirakan surplus neraca perdagangan Februari 2014 bisa mencapai US$ 760 juta.

Menteri Keuangan Chatib Basri juga memprediksi neraca perdagangan akan surplus sebesar US$ 500 juta. "Saya pikir berbagai paket kebijakan, terutama revisi Pajak Penghasilan pasal 22, sudah bisa dirasakan," katanya.

Kepala Ekonom Bank Internasional Indonesia (BII) Juniman, sependapat akan terjadi surplus pada Februari. Namun, perhitungannya, neraca perdagangan hanya surplus sebesar US$ 430 juta. Surplus karena karena ekspor naik 2,39%, impor turun 2,4%. "Ekspor naik karena harga komoditas naik," ujar Juniman.

Harga komoditas yang naik karena diantaranya minyak sawit atau crude palm oil (CPO), harga rata-rata Februari RM 2.663,47 per ton, naik tipis dari sebulan sebelumnya RM 2.567,21.

Menguat terbatas

Doddy Arifianto, Ekonom Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menambahkan, kenaikan ekspor juga karena berlanjutnya perbaikan perekonomian Amerika Serikat. Amerika merupakan negara tujuan ekspor terbesar ketiga. Ini mendorong ekspor manufaktur, sehingga mampu mengatasi penurunan ekspor mineral mentah (ore). 

"Surplus Februari sekitar US$ 600 juta, sehingga pada dua bulan pertama tahun ini sudah ada surplus US$ sekitar 166 juta," terang Doddy.

Ekonom Bank Danamon, Dian Ayu Yustina, pun sependapat dengan perkiraan surplus dagang tersebut. Ini akan mengatasi pelemahan rupiah yang  belakangan ini. Apalagi, mulai hari ini, Jumat (28/3), pasar NDF di Singapura menggunakan JISDOR sebagai acuan, sehingga mengurangi terjadinya spekulasi.

"Penguatan rupiah tidak banyak, tapi mampu mengatasi tren pelemahan," kata Ayu. Perhitungannya, rupiah ada di kisaran Rp 11.400-an.

Doddy juga memperkirakan, rupiah segera menguat kembali. Namun, hal itu karena efek surplus neraca dagang. "Penguatan rupiah karena fundamental ekonomi. NDF belum tentu berefek," ujar Doddy.

Ekonom Samuel Asset Manajemen Lana Soelistyaningsih menilai, berlakunya JISDOR di pasar NDF akan mengurangi praktik spekulasi yang selama ini membuat rupiah labil. JISDOR akan membuat rupiah bergerak sesuai nilai fundamentalnya.

Dalam perhitungan Lana, rupiah bergerak menguat di kisaran Rp 11.200–Rp 11.500. Juniman menambahkan  inflasi yang rendah di kisaran 0,04%. bisa menambah kekuatan bagi nilai tukar garuda terhadap dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×