Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
Tidak luput dari program pembangunan adalah di infrastruktur bidang digital. Indonesia merencanakan mengembangkan jaringan serat optik, dari 112.494 kilometer di tahun 2014 menjadi 158.850 kilometer di tahun 2018. Selain itu, dalam rangka mendorong pembangunan sektor telekomunikasi, pemerintah juga membangun 152.000 Base Transceiver Station (BTS).
Menurut Rini, sesuai dengan Rencana Pemerintah (RPJMN 2015-2019), guna pembangunan infrastruktur di Indonesia, membutuhkan dana US$ 500 miliar.
Di depan para investor, Menteri Rini menawarkan peluang untuk berinvestasi. Khususnya dalam pengembangan infrastruktur dan konektivitas di Indonesia Timur yang selama ini kurang mendapat perhatian. Rencana ekspansi kami memang terlihat ambisius. Tapi pada saat bersamaan sangat realistis, tutur Rini.
Menteri Rini mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki sejumlah keunggulan kompetitif yang banyak negara lain tidak memiliki. Keunggulan itu antara lain dari bonus demografi, tenaga kerja yang besar dan muda. Salah satunya adalah segmen kelas menengah yang cepat berkembang, juga makro ekonomi kuat dan lingkungan politik yang stabil.
Di hadapan investor global tersebut, Menteri Rini memberikan contoh investasi di Indonesia yang menarik minat investor asing. Yakni, Komodo Bonds Jasa Marga yang diluncurkan November 2017 dan terdaftar di London Stock Exchange.
Selain itu juga Komodo Bonds Wijaya Karya. Keduanya adalah obligasi berkualitas tinggi yang dikelola perusahaan BUMN kaya yang bergerak di bidang infrastruktur jalan tol jelas Menteri Rini seraya memperkenalkan Direktur Utama PT. Jasa Marga dan PT. Wijaya Karya yang ikut hadir di forum tersebut.
Selain direksi Wijaya Karya dan Jasa Marga, ikut hadir dalam kesempatan itu para Direktur Utama sejumlah BUMN. Yakni; PT Angkasa Pura 1, PT Angkasa Pura 2, PT Telkom, PT PP, PLN, Bank BNI, Bank BRI, Bank BTN. Serta pimpinan Bank Mandiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News