Reporter: Yudho Winarto | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jero Wacik mengakui program pengalihan bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) prosesnya ribet alias rumit. Meski secara teori sangat mudah dijelaskannya.
"Kelihatan memang gas ini agak ribet, saya polos saja, rakyat kan senang yang jujur. Kelihatan lah ini ribet, karena 1 konverter kan harus dipasang, dibeli dulu, kemudian SPBG juga belum banyak," katanya, Rabu (18/1).
Meski demikian, kebijakan ini terpaksa diambil untuk menghindari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), sesuai permintaan Presiden. Terlepas dari itu, Jero menegaskan kebijakan pembatasan BBM Bersubsidi ada dasarnya.
Sebut saja, saat ini setiap satu liter premium total biayanya mencapai Rp 8.200 per liter. Angka ini termasuk biaya produksi termasuk jual dan pajak. Namun, dijual ke masyarakat dengan harga Rp 4.500 per liter. Dengan demikian, total subsidi yang dikeluarkan pemerintah mencapai Rp 3.700 per liter.
Dengan kondisi saat ini yang menikmati subsidi ini tidak hanya kalangan menengah ke bawah saja, tetapi juga kalangan menengah atas. Ada kecenderungan pada akhirnya subsidi ini habis untuk kalangan yang tidak semestinya. "Jumlah subsidinya juga naik dari Rp 129 triliun, jadi Rp 167 triliun tahun 2011. Besar sekali. Sehingga ada tekad kurangi subsidi. Itu tujuannya," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News