Reporter: Siti Masitoh | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. kondisi inflasi Indonesia tahun 2023 terjaga stabil dan terkendali pada rentang target sasaran 3%±1.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahun 2023 tersebut tercatat sebesar 2,61% (YoY) atau menurun dibandingkan realisasi tahun 2022, yakni sebesar 5,51% (yoy). Di luar periode terdampak pandemi (2020-2021), realisasi inflasi tersebut merupakan yang terendah sejak tahun 2000.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, pengendalian inflasi ini tak lepas dari koordinasi dan sinergi yang kuat berbagai pihak melalui TPIP-TPID dalam mengendalikan gejolak harga di tengah ketidakpastian yang masih tinggi salah satunya gangguan cuaca dari El Nino.
“Selain itu, capaian tersebut juga lebih baik dibandingkan realisasi inflasi sejumlah negara yang masih berada di atas sasaran targetnya,” tutur Airlangga dalam keterangan tertulisnya, Rabu (3/1).
Baca Juga: Nilai Ekspor RI Hingga November 2023 Capai US$ 236,41 Miliar, Turun 11,38%
Ia mencatat, berdasarkan Bloomberg, beberapa negara yang masih mengalami inflasi di atas sasaran target di antaranya Euro Area (2,4% YoY), Jepang (2,8%), Amerika Serikat (3,1%), Korea Selatan (3,2%), Jerman (3,2%), Inggris (3,9%), Rusia (7,5%), Turki (62,0%), dan Argentina (160,9%).
Menurutnya, perkembangan inflasi Desember 2023 dipengaruhi oleh pergerakan seluruh komponen inflasi. Komponen harga diatur Pemerintah (administered prices/AP) mengalami inflasi sebesar 0,39% (MtM), atau 1,72% (YoY).
Secara bulanan (MtM) dan tahunan (YoY), tarif angkutan udara, rokok kretek filter, dan rokok kretek putih menjadi komoditas penyumbang inflasi IHK Desember 2023. Sementara komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,14% (MtM), atau 1,80% (YoY).
Secara tahunan inflasi inti masih terjaga meskipun dalam tren melandai. Lebih lanjut, berdasarkan catatan Trading Economics, realisasi inflasi inti Indonesia merupakan salah satu yang terendah yakni berada di peringkat 10 dari 86 negara.
Komponen harga pangan bergejolak (volatile food/VF) mengalami peningkatan tercatat sebesar 1,42% (MtM) atau 6,73% (YoY). Gangguan cuaca akibat El Nino menyebabkan produksi pangan terutama padi dan aneka cabai menjadi tidak optimal. Hal ini mendorong peningkatan harga beras dan cabai yang menjadikan kedua komoditas tersebut sebagai penyumbang utama inflasi sepanjang tahun 2023.
Sepanjang tahun 2023, Pemerintah terus berupaya menjaga ketersediaan pasokan pangan dan menjaga keterjangkauan harga. Kebijakan tersebut dilakukan di antaranya melalui penguatan cadangan pangan Pemerintah khususnya beras, penyaluran beras medium melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), maupun penyaluran bantuan pangan beras.
Pemerintah juga melaksanakan program mobilisasi pangan melalui fasilitasi distribusi pangan. Komoditas pangan dengan realisasi terbanyak adalah komoditas jagung, kedelai, dan beras.
Baca Juga: Debat Capres Ke-3, Pakar Politik Nilai Pentingnya Revisi Strategi Pertahanan Negara
Airlangga menambahkan pemerintah pun melaksanakan secara masif program Gerakan Pangan Murah (GPM) yang dikoordinasikan oleh Badan Pangan Nasional pada 1.626 lokasi di 36 provinsi dan 324 kabupaten/kota. Program serupa seperti Operasi Pasar Murah juga telah dilaksanakan oleh 448 pemerintah daerah untuk menahan gejolak harga di daerah.
Dia menyatakan, berbagai program kebijakan yang disinergikan dari pemerintah pusat dan daerah mampu menahan kenaikan harga pangan lebih lanjut. Ke depan, pemerintah juga akan terus mewaspadai dan memonitor fenomena domestik maupun global yang dapat berdampak terhadap inflasi.
“Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi saat ini, termasuk target inflasi yang semakin ketat, komitmen dan sinergi bersama seluruh pihak baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan Bank Indonesia akan terus diperkuat guna menjaga inflasi tetap stabil dan terkendali dalam rentang sasaran,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News