Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Mesti Sinaga
BALIKPAPAN. Rupiah semakin tak berdaya di hadapan dollar Amerika Serikat (AS). Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (11/8) di pasar spot rupiah terpuruk ke Rp 13.607 per dollar AS atau 0,41% dari penutupan hari sebelumnya.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro pun menegaskan, terperosoknya rupiah ke level terendah sejak tahun 1998 silam tersebut akibat keputusan People's Bank of China (PBOC) melakukan devaluasi yuan hingga ke level terendahnya sejak tiga tahun terakhir, yang merobohkan kekuatan Yuan.
"Ya, itu pengaruh dari depresiasi yuan pada hari ini," kata Bambang, Selasa (11/8).
Untunglah, pemerintah telah menerbitkan surat utang negara berdenominasi euro sebesar € 1,25 miliar pada awal Juli lalu, dan menerbitkan obligasi berdenominasi yen sebesar ¥ 100 miliar pada awal Agustus lalu.
Menurut Bambang, strategi pemerintah tersebut sudah pasti membantu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Pasokan valas dari penerbitan surat utang ini menjadi amunisi yang bisa menopang otot rupiah.
"Efektivitas penerbitan euro dan samurai bonds bagus. Artinya itu menunjukkan inflow yang masih bagus dari asing," kata Bambang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News