kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Menkeu optimistis APBN 2018 akan tetap positif meski harga minyak dan rupiah berubah


Minggu, 25 November 2018 / 20:12 WIB
Menkeu optimistis APBN 2018 akan tetap positif meski harga minyak dan rupiah berubah
ILUSTRASI. KONFERENSI PERS APBN KITA


Reporter: Grace Olivia | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan harga minyak dunia menunjukkan tren penurunan yang cukup drastis belakangan ini. Di sisi lain, nilai tukar rupiah pun stabil menguat di kisaran Rp 14.544 per dollar Amerika Serikat (AS). Padahal, kenaikan harga minyak dan pelemahan kurs rupiah yang sempat terjadi sebelumnya, berpotensi mengangkat jumlah penerimaan negara dalam APBN di akhir tahun nanti.

Kendati begitu, Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan, kondisi APBN di akhir tahun akan tetap positif di tengah dinamika perekonomian global yang menerpa sepanjang tahun ini. “Untuk tahun 2018 ini, APBN kita dalam situasi yang relatif akan cukup baik,” pungkas dia, Kamis (22/11) lalu.

“Oleh karena itu, APBN kita mungkin nanti akan ditutup dengan pertumbuhan penerimaan yang positif robust, pertumbuhan belanjanya juga bagus, namun defisit akan menjadi lebih kecil. Ingat, itu adalah sesuatu yang sangat sulit lho,” lanjut Sri Mulyani.

Asal tahu saja, pemerintah mematok defisit APBN 2018 akan berada di kisaran 1,8%-1,96%, lebih rendah dari target awal yakni 2,19% dari produk domestik bruto (PDB). Sementara, pertumbuhan ekonomi diyakini bisa tetap berada di antara 5,14% - 5,21% pada akhir tahun.

Toh, Sri Mulyani mengatakan hingga akhir Oktober, penerimaan negara masih tumbuh sangat bagus, yakni mencapai 20,7% secara year on year (yoy). Penerimaan perpajakan berhasil tumbuh sekitar 17% dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga tercapai melebihi target.

Ia tak memungkiri, harga minyak dan nilai tukar rupiah memang menjadi variabel yang sulit diprediksi dalam perhitungan ekonomi Indonesia. Harga minyak dunia dan kurs rupiah bergerak fluktuatif dalam periode singkat dan membuat proses penentuan asumsi makroekonomi menjadi lebih menantang.

“Waktu dibahas dengan DPR, suasana psikologis harga minyak sampai US$ 80 per barel. Saat Undang-Undang diketok, harganya turun ke US$ 60-an,” tuturnya.

Begitu juga dengan rupiah. “Nilai tukar waktu Presiden menyampaikan (Nota Keuangan) ke DPR, masih di Rp 14.400 per dollar AS, waktu dibahas menjadi Rp 14.500, begitu mau di Badan Anggaran menjelang Paripurna diubah menjadi Rp 15.000, sekarang turun lagi ke Rp 14.500,” lanjutnya.

Oleh karena itu, Sri Mulyani menyatakan, pemerintah akan tetap menjaga fleksibilitas untuk menghadapi ketidakpastian ke depan. “Fleksibilitas itu hal terpenting dalam menghadapi ekonomi yang dinamis. Tapi, kita tetap jaga core fundamental tetap kuat sehingga mampu menyerap dinamika yang ada,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×