Reporter: Narita Indrastiti, | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Pemerintah Indonesia optimis krisis global tidak akan menguras cadangan devisa. Pemerintah yakin, cadangan devisa (cadev) masih akan terjaga setidaknya sampai tahun 2012 ini.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan, cadangan devisa tidak akan mencapai nilai yang mengkhawatirkan seperti tahun 2005 lalu. "Cadev kita US$ 110 miliar dolar, dan kami tidak khawatir," kata Agus, saat ditanya dampak krisis Global terhadap devisa negara di Jakarta, Jumat (13/1).
Agus menjelaskan, krisis global memang berdampak pada pertumbuhan ke ekspor Indonesia. Namun kata dia, ekonomi Indonesia tidak hanya bergantung pada ekspor semata.
Selain itu, jumlah cadangan devisa cukup melakukan intervensi saat nilai tukar rupiah terdepak oleh krisis global. "Kami belum melihat ada kekhawatiran ini, penerimaan negara juga masih baik," katanya.
Sebelumnya, Gubernur BI Darmin Nasution mengatakan Bank Indonesia terus mewaspadai risiko memburuknya perekonomian global. Menurutnya, kinerja ekonomi dan keuangan global masih terus melemah seiring masih berlarutnya krisis di Eropa. "Ini berdampak pada menurunnya kinerja ekspor negara-negara berkembang," ujarnya.
Darmin mengatakan, transaksi berjalan pada triwulan IV-2011 mulai mengalami tekanan sejalan dengan meningkatnya impor di penghujung tahun. Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa sampai akhir Desember 2011 mencapai US$ 110,1 miliar, atau setara dengan 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.
Di sisi lain, Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, resiko krisis hutang Eropa perlu diwaspadai di tahun ini. Dia bilang, perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia akan berpengaruh signifikan terhadap ekspor Amerika dan China.
Namun rasio ekspor terhadap PDB Indonesia lebih rendah dibandingkan negara lainnya membuat dampak dari ekspor tidak terlalu besar. Sementara soal cadangan devisa, saat ini tidak ada patokan yang pasti berapa jumlah cadangan devisa yang dibutuhkan untuk menghadapi krisis. Purbaya hanya bilang, patokannya bukan ada di jumlah cadev yang tersedia, tetapi pada kebijakan moneter yang diambil pemerintah dan BI.
Purbaya menganjurkan pemerintah memantau pergerakan rupiah supaya tidak mengalami depresiasi yang terlalu jauh. "Untuk menghadapi krisis tahun depan, yang terpenting ketika ada capital outflow, bisa mengintervensi pasar, sehingga dana yang keluar tidak sekaligus banyak," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News