kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengenang Ki Hadjar Dewantara pada momen Hari Pendidikan Nasional


Sabtu, 02 Mei 2020 / 09:32 WIB
Mengenang Ki Hadjar Dewantara pada momen Hari Pendidikan Nasional
ILUSTRASI. Ki Hadjar Dewantara (Dok. Kompas)


Sumber: Kompas.com | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  Setiap 2 Mei, seperti hari ini, Sabtu (2/5/2020), masyarakat Indonesia memperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei diambil dari tanggal lahir sosok yang dianggap berjasa dalam bidang pendidikan di Tanah Air yaitu Ki Hadjar Dewantara

Hari Pendidikan Nasional diperingati untuk mengenang dan menghormati jasa Ki Hadjar Dewantara.

Baca Juga: Anies minta kepala dinas pendidikan blusukan

Pria kelahiran Pakualaman, Yogyakarta, 2 Mei 1889 ini dikenal sebagai pencetus Taman Siswa dan jargon terkenal Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.

Sistem pendidikan yang diajarkannya bahwa segalanya ilmu pengetahuan harus didasarkan pada jati diri bangsa.

Ajaran ini masih terus diimplementasikan hingga hari ini. Dikutip dari pemberitaan Harian Kompas edisi 16 Agustus 1985, pandangan ini banyak dikenal sebagai  "Teori Nasi Goreng".

Maksudnya, bahan dasar tetaplah nasi yang merupakan bahan makanan pokok asli masyarakat Indonesia, tetapi dalam pembuatannya bisa menggunakan mentega, sosis, dan bahan lain yang asalnya dari negara lain.

Rasanya tetap enak, tetapi nasi goreng berbahan tambahan apa pun tetaplah makanan berbahan dasar nasi.

Baca Juga: BI imbau tukarkan uang kertas 1998 dan 1999 segera

Berdasarkan pemberitaan Harian Kompas, 2 Mei 1968, karena jasa-jasanya, Ki Hadjar Dewantara mendapatkan penghargaan dari pemerintah. Ia dianggap telah memelopori sistem pendidikan nasional berbasis kepribadian dan kebudayaan nasional.

Ki Hadjar ditetapkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 305 Tahun 1959 pada Tanggal 28 November 1959.

Kisah Ki Hadjar Dewantara

Banyak kisah tentang Ki Hadjar Dewantara, yang bernama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat.

Ia tidak menginginkan namanya diabadikan sebagai nama jalan atau taman-taman. Hal itu ternyata merupakan wasiat Ki Hadjar Dewantara kepada keluarganya, sebelum mengembuskan napas terakhir pada 26 April 1959.

Melansir artikel lain dari Harian Kompas edisi 23 April 1985, pihak keluarga dan Majelis Luhur Taman Siswa telah menyampaikan hal ini kepada seluruh wali kota dan bupati se-Indonesia.

Baca Juga: Jepang akan memutuskan perpanjangan keadaan darurat pada Senin pekan depan

Surat berisi informasi yang sama juga pernah dikirimkan kepada seluruh menteri di Kabinet Pembangunan III.

Dalam surat itu, dilampirkan kesaksian dari pihak Taman Siswa dan keluarga yang benar-benar mendengar dan mengetahui wasiat itu.

Beberapa di antaranya yang menjadi saksi adalah ketiga putra dan putri Ki Hadjar Dewantara yaitu Ki Subroto Arya Mataram, Nyi Ratih Saleh Lahade, dan Ki Sudiro Alimurtolo.

Meski penamaan ini menunjukkan penghormatan dan upaya bangsa untuk tetap mengingat sosoknya, namun Ki Hadjar Dewantara merasa keberatan dan tak berkenan.

Ketika itu, kepada Harian Kompas, Panitera Umum Majelis Luhur Farnan Siswa H Moesman W berharap pemerintah dan masyarakat memberi perhatian terhadap wasiat tersebut dan menghargainya dengan tidak menamai jalan atau taman dengan nama "Ki Hadjar Dewantara".

"Pengabadian nama Ki Hadjar Dewantara sebetulnya membesarkan hati Majelis Luhur Taman Siswa, namun bagaimana lagi kalau beliau keberatan," ujar Moesman.

Baca Juga: Kim Jong Un tampil ke publik setelah spekulasi kematiannya, begini komentar Trump

Namun, menurut dia, saat itu sudah ada kota-kota di Indonesia yang menggunakan nama Ki Hadjar Dewantara sebagai nama jalan atau taman, misalnya di Cilacap, Bukittinggi, Pekanbaru, dan Tanjungkarang.

"Kami mengharap segera diganti dengan nama lain," ujar Moesman.

Menurut dia, penggunaan nama itu tidak ada konsultasi atau izin dengan pihak keluarga atau Taman Siswa.

Hingga saat ini, nama Ki Hadjar Dewantara juga masih ditemui digunakan untuk penamaan ruas jalan di sejumlah kota.

Dengan mengetikkan nama tersebut di pencarian Google Maps, terlihat beberapa daerah masih menggunakan namanya sebagai nama jalan.

Baca Juga: Trump memastikan pengenaan tarif baru atas China merupakan suatu pilihan

Beberapa wilayah itu di antaranya antaranya Sidoarjo, Surakarta, Jombang, Pasuruan, dan Probolinggo.

Jika melihat Yogyakarta sebagai tempatnya, tidak ada penggunaan nama Ki Hadjar Dewantara untuk menamai fasilitas umum seperti jalan dan taman kota.

Di Yogyakarta, hanya ada sebuah jalan di Kecamatan Mergangsan yang bisa mengingatkan masyarakat pada sosok Ki Hadjar Dewantara.

Jalan itu bernama Jalan Taman Siswa, sesuai dengan organisasi cikal-bakal pendidikan nasional, bentukan Ki Hadjar Dewantara. (Luthfia Ayu Azanella)


Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hari Pendidikan Nasional dan Momen Mengenang Ki Hadjar Dewantara..."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×