kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

14 Oktober, mengenang Jenderal Hoegeng, di tengah kepercayaan polisi yang menurun


Kamis, 14 Oktober 2021 / 09:13 WIB
14 Oktober, mengenang Jenderal Hoegeng, di tengah kepercayaan polisi yang menurun
ILUSTRASI. Mengenang Jenderal Hoegeng, di tengah kepercayaan polisi yang menurun


Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - Jakarta. Kepolisian Republik Indonesia (Polri) sedang dalam pembicaraan negatif di masyarakat belakangan ini. Padahal, Polri pernah mempunyai sosok polisi yang diidamkan masyarakat, yakni Jenderal Hoegeng Imam Santoso, yang lahir tanggal 14 Oktober.

Kepolisian tengah menjadi sorotan setelah riuhnya netizen melalui #PercumaLaporPolisi. Belakangan, kepolisian semakin disorot karena ada aksi seorang polisi yang membanting seorang mahasiswa kala demonstrasi di Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (13/10/2021).

Kini kasus polisi membanting mahasiswa itu berakhir damai. Brigadir polisi yang membanting mahasiswa meminta maaf. 

Sorotan terhadap kepolisian ini menjadikan masyarakat semakin merindukan tokok polisi yang benar-benar teladan, yakni mantan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri), Jenderal Hoegeng Imam Santoso. 

Baca juga: Kapolri akan jadikan eks pegawai KPK yang tak lolos TWK jadi ASN Polri, ini kata ICW

Meski tinggal kenangan, mari mengenang Jenderal Hoegeng yang dianggap menjadi teladan para polisi di Indonesia. 

Hari ini 100 tahun yang lalu, Jenderal Hoegeng Imam Santoso lahir pada 14 Oktober 1921. Masa kecil Hoegeng Asvi Warman Adam, dalam artikelnya "Hoegeng, Polisi Teladan" yang dimuat di Harian Kompas, 1 Juli 2004, menuliskan, nama pemberian ayah Hoegeng adalah Imam Santoso.

Dalam tulisan Asvi disebutkan, waktu kecil Hoegeng sering dipanggil Bugel (gemuk), lama-kelamaan menjadi Bugeng, akhirnya berubah jadi Hugeng. Hoegeng mengenyam pendidikan di beberapa daerah yang berbeda. Setelah Sekolah di HIS dan MULO Pekalongan, Hoegeng belajar di AMS A Yogyakarta.

Selepas dari Yogyakarta, Hoegeng melanjutkan pendidikan ke Recht Hoge School (Sekolah Tinggi Hukum) di Batavia kemudian masuk Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK).

Awal karier Jenderal Hoegeng

Setelah lulus dari PTIK pada 1952, Hoegeng ditempatkan di Jawa Timur. Tugas keduanya sebagai Kepala Reskrim di Sumatera Utara. Bagi seorang polisi, daerah ini merupakan sebuah batu ujian karena terkenal dengan penyelundupan.

Dia pun disambut secara unik. Rumah pribadi dan mobil telah disediakan beberapa cukong judi. Akan tetapi, Hoegeng menolaknya dan memilih tinggal di hotel sebelum mendapat rumah dinas.

Tak berhenti di situ. Rumah dinas itu lalu dipenuhi dengan perabot oleh tukang suap. Perabot itu dikeluarkan secara paksa oleh Hoegeng dari rumahnya dan diletakkan di pinggir jalan. Sikap Hoegeng ini pun membuat gempar Kota Medan.

Selepas bertugas di Medan, Hoegeng kembali ke Jakarta dan ditugaskan Presiden Soekarno untuk menjadi Direktur Jenderal (Dirjen) Imigrasi. Chris Siner Key Timu dalam artikel "Pak Hoegeng dalam Kenangan" yang dimuat di Harian Kompas, 15 Juli 2004, menceritakan, Hoegeng meminta istrinya, Merry, untuk menutup toko kembang.

Ketika istrinya menanyakan hubungan antara jabatan Dirjen Imigrasi dan toko kembang, Hoegeng menjawab singkat. "Nanti semua yang berurusan dengan imigrasi akan memesan kembang pada toko kembang Ibu Merry dan ini tidak adil untuk toko-toko kembang lainnya," tulis Chris.

Ibu Merry pun memahami dan menutup toko kembangnya. Hoegeng juga menolak pemberian mobil dinas dari Sekretariat Negara. Alasannya, ia telah memiliki mobil jip dinas dari kepolisian.

Jenderal Hoegeng Menjabat Kapolri

Pada 1968, Presiden Soeharto mengangkat Hoegeng sebagai Kepala Polri menggantikan Soetjipto Yudodihardjo. Rosihan Anwar, dalam artikel "In Memorian Hoegeng Imam Santoso" yang dimuat di Harian Kompas, 15 Juli 2004, menuliskan, pada masa itu kasus penyelundupan merajalela. Di antara yang terkenal adalah kasus penyelundupan mobil mewah yang didalangi oleh Robby Tjahyadi atau Sie Tjie It.

Pada 1971, Jenderal Hoegeng mengumumkan keberhasilannya dalam membekuk penyelundupan mobil mewah melalui Pelabuhan Tanjung Priok. Mobil-mobil itu dimasukkan dengan perlindungan tentara.

Dilaporkan bahwa istri Presiden Soeharto, Bu Tien juga terlibat di dalamnya. Ternyata, pengungkapan kasus itu mempercepat pemberhentiannya sebagai Kepala Polri.

Soeharto beralasan, pemberhentian Jenderal Hoegeng tersebut adalah untuk regenerasi. Selepas itu, Jenderal Hoegang sebenarnya ditawari menjadi Duta Besar oleh Soeharto, tetapi ia menolaknya. "Saya menolak penugasan saya sebagai Duta Besar di luar negeri, karena saya merasa tidak capable untuk tugas itu," kata Hoegang, dikutip dari pemberitaan Harian Kompas, 15 September 1971.

"Saya mau pikir keluarga saya dulu. Kedua anak saya masih sekolah dan kalau saya ke luar negeri, studi mereka bisa kacau," sambungnya.

Jenderal Hoegeng tutup usia pada 14 Juli 2004 setelah berjuang melawan stroke yang sudah lama dideritanya. Kesederhanaan, kejujuran, dan keberanian membuat namanya dikenang sepanjang masa.

Bahkan, namanya seringkali muncul sebagai bentuk kerinduan publik akan sosok polisi seperti Hoegeng. Satu nasihat ayahnya yang membentuk sosok Hoegeng adalah, "Yang penting dalam kehidupan manusia adalah kehormatan. Jangan merusak nama baik dengan perbuatan yang mencemarkan."

Ibarat buah jatuh tak jauh dari pohonnya, kejujuran Hoegeng merupakan hasil didikan ayahnya. Meski seorang birokrat Belanda, ayah Hoegeng tak sempat punya tanah dan rumah pribadi hingga akhir hayatnya.

Semoga dengan mengenang kelahiran Jenderal Hoegeng pada 14 Oktober ini, akan lahir kembali polisi dengan jiwa yang benar-benar teladan seperti Jenderal Hoegeng.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenang 100 Tahun Jenderal Hoegeng",


Penulis : Ahmad Naufal Dzulfaroh
Editor : Inggried Dwi Wedhaswary

Selanjutnya: Mahfud MD: Kabareskrim dan Menteri ATR masuk tim Satgas BLBI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×