Reporter: Noverius Laoli | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh mengaku bersedih karena keterlambatan percetakan pembuatan soal Ujian Nasional (UN). Akibat keterlambatan itu, 11 Provinsi harus menunda pelaksanaan UN yang seharusnya dimulai Senin (15/4) kemarin. Atas kejadian tersebut, Nuh mengaku telah berusaha sebisa mungkin proses percetakan dan pengiriman soal tersebut tidak terlambat lagi dengan langsung terjun ke pabrik percetakan soal.
"Insya Allah, Kamis (18/4) besok dengan pertimbangan soal di setiap zona itu berbeda karena soalnya berbeda, dari situlah, jangan sampai merugikan yang lain, jadi jalan terus. Sampai pagi tadi, malam pun saya ngecek, nongkrong di sana (di pabrik) pagi tadi juga begitu untuk memastikan memang harus ditongkrongi dan harus didorong ini segera dimasukkan, ini segera dikirim, kalau enggak begitu, enggak selesai-selesai," ujar Nuh saat hendak menghadap Presiden di Kantor Presiden, Selasa (16/4).
Menurut Nuh, dari enam pabrik yang mencetak soal UN hanya PT Ghalia yang tidak bisa menepati janjinya. Karena itu ia merasa kecolongan atas keterlambatan itu. Meskipun demikian, Nuh mengakui itu merupakan kondisi riil di lapangan yang tidak bisa ditutup-tutupi. Karena itu, Nuh berharap proses percetakan dan pengiriman soal yang terlambat tersebut bisa dilakukan dengan cepat.
Salah satu langkah yang dilakukan Nuh adalah dengan meminta bantuan 400 mahasiswa IPB dan lima perusahaan rekanan percetakan lainnya. Dengan mengambil alih manajemen PT Ghalia, Nuh berharap sebelas provinsi yang menunda UN yakni Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Gorontalo dapat melaksanakan UN pada Kamis nanti. Kemendikbud juga meminta bantuan TNI dan Polri untuk membantu mempercepat proses pengiriman dan pengamanan soal-soal UN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News