Reporter: Adinda Ade Mustami, Agus Triyono, Asep Munazat Zatnika, Maizal Walfajri, Margareta Engge Kharismawati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Presiden Joko Widodo (Jokowi) merombak Kabinet Kerja. Kemarin, Presiden melantik enam menteri. Mereka ialah Darmin Nasution sebagai Menteri Koordinator (Menko) Ekonomi, Luhut Pandjaitan Menko Politik, Hukum dan Keamanan; Rizal Ramli, Menko Kemaritiman, Thomas Lembong, Menteri Perdagangan; Sofjan Djalil Menteri PPN/Kepala Bappenas, dan Pramono Anung sebagai Menteri Sekretaris Kabinet.
Para menteri baru ini harus langsung tancap gas menyelesaikan sejumlah persoalan, utamanya bidang ekonomi. Setumpuk pekerjaan rumah sudah menunggu untuk dituntaskan. Repotnya, tim baru ini hadir tepat di saat situasi tak bersahabat.
Rupiah turun mendekati level 14.000, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun nyaris 8% sepekan, gejolak harga pangan, ancaman inflasi tinggi dan kelesuan ekonomi. Saat bersamaan, ekonomi global di tubir resesi akibat devaluasi yuan serta peluang kenaikan suku bunga Fed.
Tak heran, sepak terjang tim ekonomi kabinet baru di bawah jenderal Darmin, kini jadi sorotan. Ibaratnya, tuah Darmin jadi pertaruhan baru kabinet Jokowi-Jusuf Kalla.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sanny Iskandar dan Wakil Ketua Umum Kadin bidang Perbankan dan Finansial Rosan Roeslani menyambut positif tim ekonomi baru.
Mereka berharap, kelihaian Darmin cs mempercepat belanja pemerintah, menyelamatkan penerimaan negara, menjaga inflasi dan stok barang, memulihkan daya beli, menarik investasi adalah tantangan besarnya. Yang tak kalah penting, menjalin koordinasi dengan Bank Indonesia (BI) untuk memperkuat rupiah, serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menjaga industri keuangan, menjadi pertaruhan besarnya.
Keharmonisan ini penting untuk memulihkan kembali kepercayaan pasar. Kepala Ekonom BII Juniman mengapresiasi pengangkatan Darmin sebagai Menko Ekonomi. Dia menilai, pria ini tergolong kampiun di bidang ekonomi dan pemerintahan. Dia mengingatkan, para investor akan melihat kinerja mereka satu bulan ke depan. Jika tak terlihat perubahan, investor akan pesimistis.
Eric Sugandi, ekonom Bank Standard Chartered, berkata, lebih penting dari sekadar reshuffle, Presiden Jokowi mampu menunjukkan kepemimpinan yang kuat dalam koordinasi antar kementrian. "Tak usah bikin target yang tidak realistis," tambah dia.
Dwi Andreas Santoso, Guru Besar IPB, berharap, Menteri Perdagangan saat fokus pada ketersediaan pangan dan tata niaga komoditas bahan pokok masyarakat di dalam negeri. PR utamanya, kata Andreas, pertama, menstabilkan harga pangan pada level tertentu tanpa merugikan petani dan peternak.
Kedua, memperbaiki data karena sangat penting bagi regulasi pangan dan perdagangan. "Data kita amburadul, terutama data pangan dan pertanian sehingga pemerintah salah membuat kebijakan," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News