kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Memasuki masa kampanye, pelaku pasar masih wait and see


Kamis, 17 Januari 2019 / 15:33 WIB
Memasuki masa kampanye, pelaku pasar masih wait and see


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemilihan umum (Pemilu) tahun ini membuat pelaku pasar wait and see menanti kebijakan-kebijakan yang akan dicanangkan calon presiden dan wakil presiden berikutnya. CEO Schroders Indonesia, Michael Tjoadi mengakui, masa kampanye yang cukup lama yakni selama enam bulan, membuat pelaku pasar masih menebah-nebak arah kebijakan pemerintah.

"Sampai tiga bulan pertama kita belum melihat visi dan misi calon presiden, apa yang dia mau lakukan. Makanya menjelang akhir, saat debat itu yang perlu dilihat. Setelah debat pertama, kedua dan ketiga, dia akan jelas, pelaku pasar akan tahu bagaimana," jelas Michael, Kamis (17/1).

Menurut Michael, biasanya di tahun pemilu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami fluktuasi. Dalam sembilan hingga dua belas bulan sebelum pemilihan presiden, IHSG cenderung melemah karena pelaku usaha cenderung takut berinvestasi. Namun, Michael mengatakan, saat IHSG menurun, itulah saat yang tepat untuk berinvestasi.

"Kita tahu kok pasti nanti akan terpilih presiden. Setiap tahun kan pasti akan ada presiden terpilih. Jadi, kita akan lihat, IHSG naik menjelang pencoblosan. Ini juga sudah terlihat. Tadinya IHSG 5.600, 5.700, sekarang sudah sekitar 6.400-an," jelas Michael.

Tak hanya pengaruh masa kampanye, faktor eksternal pun turut mempengaruhi sikap pelaku usaha. Menurut Michael, perkembangan ekonomi dunia yang mengalami perlambatan turut membuat pelaku pasar tidak agresif dalam berinvestasi.

Meski begitu, Michael mengatakan dengan adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi Amerika yang diperkirakan hingga 2020 akan membuat aliran dana dari asing akan kembali masuk ke Indonesia.

Michael memandang, Indonesia masih memiliki berbagai tantangan dalam menahan investasi asing di Indonesia. Menurutnya, salah satu tantangannya adalah bagaimana perekonomian tersebut lebih atraktif tidak hanya untuk investasi portofolio tetapi juga untuk investasi langsung, baik dari asing maupun domestik supaya pertumbuhan ekonomi dapat terus dipertahankan.

Michael menilai likuiditas yang baik dan adanya good governance di bursa akan mendorong investasi portofolio. Sementara, beragam faktor seperti kebijakan yang ditetapkan pemerintah, kemudahan berinvestasi, ketersediaan tenaga kerja yang memiliki skill, tersedianya infrastruktur hingga kepastian pasar akan mendorong investasi langsung masuk ke Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×