Sumber: KONTAN | Editor: Tri Adi
JAKARTA. Dua kali diundang menghadiri pelantikan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi presiden, mantan Presiden Megawati Soekarnoputri tak pernah hadir. Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu juga selalu absen menghadiri acara kenegaraan.
Tapi, kemarin (1/6) Megawati melanggar “tradisi” tersebut. Ia datang ke gedung MPR/DPR untuk memenuhi undangan Peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni. Di acara ini, Megawati bukan cuma mendengarkan pidato mantan bawahan yang kemudian menjadi pesaingnya itu, tapi juga menjabat tangan SBY.
Momen langka tersebut langsung diabadikan para juru foto. Presiden SBY bersama istri beserta Wapres Boediono dan istri menghampiri Megawati yang duduk bersebelahan dengan mantan Wakil Presiden Try Soetrsino dan Hamzah Haz.
Megawaki bilang, kehadirannya dalam kapasitas sebagai Ketua Umum PDIP dan mantan Presiden RI. Ketika dimintai tanggapan atas pidato SBY, ia menjawab secara diplomatis, "Apa yang beliau katakan itu, dikupas dari kata yang telah dipikirkan dan dituangkan dalam tulisan Bung Karno," tegasnya.
Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum menafsirkan, jabat tangan SBY dan Megawati sebagai rekonsiliasi simbolik. Tapi, dia menolak jika peristiwa ini dianggap sebagai upaya partai Demokrat melobi PDIP agar bersedia masuk dalam koalisi pemerintahan.
Sekretaris Jenderal PDIP Tjahjo Kumolo justru tertawa ketika jabat tangan SBY dan Megawati dinilai sebagai sinyal awal bergabungnya PDIP dalam barisan partai politik pendukung koalisi.
"Yang namanya politik, ada gelagat perkembangan langsung diartikan apa saja. Ibu Megawati hadir memperingati sejarah bangsa. Kan, baik kalau bersama-sama," kata Ketua Fraksi PDIP ini.
Puan Maharani, Ketua PDIP juga menepis sinyal koalisi antara Partai Demokrat dengan PDIP tersebut. "Kehadiran Ibu tidak ada kaitannya dengan bagi-bagi kekuasaan," kata putri sulung Megawati ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News