kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.783   12,00   0,08%
  • IDX 7.487   7,88   0,11%
  • KOMPAS100 1.159   4,22   0,37%
  • LQ45 919   5,86   0,64%
  • ISSI 226   -0,48   -0,21%
  • IDX30 474   3,57   0,76%
  • IDXHIDIV20 571   3,72   0,66%
  • IDX80 132   0,67   0,51%
  • IDXV30 140   1,16   0,83%
  • IDXQ30 158   0,67   0,43%

Masyarakat tidak puas dengan debat Capres semalam


Jumat, 18 Januari 2019 / 10:10 WIB
Masyarakat tidak puas dengan debat Capres semalam


Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden 2019 telah mengikuti debat pertama semalam, Kamis (17/1). Para pengamat menganggap, masyarakat Mash belum terpuaskan dengan debat tersebut.

Adapun debat semalam bersama Hukum, HAM, Korupsi dan Terorisme. "Publik masih belum terpuaskan dengan format debat yang masih kaku dan belum cair," Pangi Syarwi Chaniago, Pengamat Politik, Sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Jumat (18/1).

Namun setidaknya, Pangi bilang, ada catatan penilaian terhadap jalannya debat tersebut dari 3 aspek utama. Pertama, penguasaan masalah. Dalam hal ini kedua kandidat masih belum mampu menunjukkan kapasitas/performa terbaiknya.

"Masih terdapat kekurangan di sana-sini bahkan ada beberapa segmen yang justru jawabannya tidak nyambung, di luar konteks dan tidak menjawab inti persoalan," katanya.

Kedua, program kerja. Para kandidat juga belum menawarkan program kerja yang nyata. Bahkan petahana (Jokowi) sendiri dianggap terkesan memposisikan diri sebagai pendatang baru dengan visi baru, padahal seharusnya hanya cukup melanjutkan saja program sebelumnya jika memang dianggap sukses.

Ketiga, komunikasi, debat putaran pertama cukup mengejutkan di mana petahana lebih cenderung emosional ketimbang penantang yang lebih santai. "Momentum politik untuk penantang untuk menyerang petahana jika memang dianggap gagal sepertinya tidak dimanfaatkan," tutur Pangi.

Sehingga terlihat, petahana lebih agresif, sementara sang penantang, Prabowo seperti tak punya beban dan enjoy. Keempat, kalau kita perhatikan dari jauh, paslon 01 belum terlalu banyak membantu. Ma’ruf Amin lebih banyak diam. Justru ini menjadi pertanyaan 'apakah karena sudah desain seperti itu?'.

Sementara Cawapres 02, Sandiaga Uno cukup baik, berbeda dengan Ma’ruf Amin yang lebih banyak diam dan setuju dengan pikiran dan narasi Jokowi. " Cawapres 02 cukup baik dan maksimal memanfaatkan waktu tersisa, peran berbagi terkesan pada paslon 02, sehingga Prabowo tidak di-stempel terlalu mendominasi," jelasnya.

Kelima, kalau dilihat dan cermati lebih seksama, walaupun pertanyaan debat kali ini sudah ada kisi-kisi dari KPU. Namun tetap capres 01 melihat kertas contekan teks. Sementara, capres 02 tidak terlihat melihat contekan, berupaya tetap percaya diri menyampaikan pikiran dan narasinya dalam debat perdana.

"Kalau kita lihat konteks isu debat soal penegakan hukum, terorisme, korupsi dan HAM, idealnya ini bisa menjadi panggung milik Prabowo, namun Prabowo tidak berhasil mengambil dan menguasai panggung debat perdana," katanya.

Misalnya, Prabowo tidak fokus menagih janji incambent soal kegamangan dalam penegakan hukum dan keadilan, menjawab kegelisan masyarakat soal hukum yang tunduk pada kehendak kekuasaan. Semestinya hukum adalah panglima, hukum harus di atas kekuasaan, tentu dibantu dengan data fakta yang terukur, contoh yang jelas, indikator yang terukur.

Fokus menagih janji Jokowi menyelesaikan kasus HAM masa lalu, kasus OTT dan korupsi yang kita tidak tahu ujungnya dan seakan tidak berhenti, kasus Novel Baswedan dan seterusnya, namun narasi di atas ngak keluar dari capres 02. Prabowo belum terlihat berhasil mengeluarkan kartu mati yang ditujukan ke capres 01.

Sehingga, untuk fase awal ini belum bisa menjadi pertimbangan publik untuk menentukan pilihan. "Debat perdana kali ini nampaknya hanya memperkuat basis grasroot dukungan masing masing capres 01 dan capres 02, saya belum terlalu yakin terjadi pergeseran selera, yang awalnya memilih Jokowi kemudian menyeberang/banting stir memilih Prabowo dan sebaliknya," tegas dia.

Belum terlihat upaya serius dengan membuat format debat yang tidak kaku dan terlalu banyak aturan, debat pilpres bercita rasa cerdas cermat. Khitah debat sebagai salah satu metode kampanye mencapai target dan sasarannya, menarik minat dan mencerdaskan publik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×