Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. S&P Global mencatat, Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Agustus 2023 berada di level 53,9. Angka ini meningkat 0,6 poin jika dibandingkan pada bulan sebelumnya yang tercatat 53,3.
Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Instution Ronny P Sasmita mengatakan, meski sektor manufaktur menjadi kontribusi terbesar pada pertumbuhan ekonomi Indonesia, namun angkanya masih belum kembali ke era kejayaan sektor manufaktur 20 tahun lalu.
Ia bilang, sektor manufaktur terus menurun ke bawah 20% lantaran beberapa subsektor manufaktur mengalami deindustrialisasi, terutama sektor tekstil.
"Hari ini, kontribusinya hanya tersisa sekitar 18-an persen, di mana sektor ini pernah memberi kontribusi sekitar 31,9% pada tahun 2022," ujar Ronny kepada Kontan.co.id, Jumat (1/9).
Baca Juga: Genap Dua Tahun, PMI Manufaktur Indonesia Bertahan Ekspansif
Oleh karena itu, dirinya meminta pemerintah tidak cukup hanya sekadar berpuas diri dengan angka PMI Manufaktur yang terus membaik, namun juga harus bertekad mengembalikan sektor manufaktur ke angka di atas 20%.
Hal ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang semakin berkualitas lantaran sektor manufaktur merupakan sektor padat modal sekaligus padat karya.
Dirinya meyakini, dengan peningkatan kontribusi manufaktur pada pertumbuhan ekonomi maka otomatis daya serap tenaga kerja per satu persen pertumbuhan atau incremental labour output ratio (ILOR) Indonesia akan kembali naik.
"Dan lapangan kerja akan semakin luas untuk mengimbangi pertumbuhan angkatan kerja yang besar setiap tahunnya," katanya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono mengatakan kenaikan PMI Manufaktur pada Agustus 2023 lebih berasal dari industri makan dan minuman (mamin).
"Iya industri mamin, karena ini kan musim panas. Kelihatannya orang cenderung banyak jajan ke makanan minuman," terang Fajar.
Hanya saja, dirinya melihat ada kekhawatiran PMI Manufaktur akan kembali menurun pada akhir tahun nanti. Bahkan dirinya memperkirakan PMK Manufaktur di akhir tahun nanti tidak akan sebagus pencapaian pada tahun lalu.
Baca Juga: Permintaan Global Menguat, PMI Manufaktur Indonesia Naik Jadi 53,9 pada Agustus 2023
Kekhawatiran ini timbul lantaran adanya pelemahan daya beli masyarakat di China yang berdampak barang-barang jadi dari negara tersebut akan masuk ke dalam negeri. Oleh karena itu, dirinya berharap pemerintah bisa segera mengambil sikap dan keputusan untuk melindungi industri manufaktur di dalam negeri.
"Ini kan indikasinya daya beli China itu lemah ya, impact-nya ya nanti barang-barang jadi itu akan lari ke Indonesia, karena mereka tetap produksi terus-kan," katanya.
Terlebih lagi masih tingginya tensi panas Rusia-Ukraina serta pelemahan ekonomi China juga dikhawatirkan akan menggerus kembali permintaan global pada akhir tahun nanti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News