Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kontribusi perdagangan (ekspor-impor) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tiga kuartal terakhir tercatat negatif. Riset Mandiri Grup memperkirakan, hal ini masih akan berlangsung di semester II-2018.
Hal itu karena defisit neraca perdagangan yang melebar, meski harga komoditas lebih tinggi.
Penyebabnya, kenaikan harga dan volume untuk impor, khususnya pada impor migas mengingat pemerintah mempertahankan harga bahan bakar minyak (BBM) di tengah tahun politik.
"Pada semester II-2018, perdagangan akan tetap menjadi hambatan pertumbuhan," jelas Tim Riset Mandiri Grup dalam publikasi Econmark Edisi Juli 2018 yang diterima Kontan.co.id, Rabu (12/9).
Defisit neraca perdagangan pada semester I-2018 tercatat berkontribusi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 1,17%, dari 0,7% di semseter I-2017.
Upaya pemerintah membatasi impor diperkirakan bisa menekan pertumbuhan impor sehingga bisa mengurangi defisit neraca perdagangan.
Riset Mandiri Grup memperkirakan, impor cenderung turun US$ 2 miliar-US$ miliar pasca Idul Fitri dan defisit pendapatan primer akan berkurang pasca musim pembayaran dividen.
Selain itu, upaya pemerintah untuk mengurangi impor barang modal terkait proyek infrastruktur juga akan berdampak. Meski dampaknya masih terbatas lantaran pangsanya hanya 13,6% dari total impor.
Makanya, pertumbuhan impor diperkirakan bisa ditekan di bawah level semester I-2018. Tetapi, diperkirakan masih akan lebih tinggi dibanding semster I-2017.
Riset Mandiri Grup juga merevisi ke bawah pertumbuhan ekonomi tahun ini dan tahun depan masing-masing hanya 5,16% dan dan 5,10%, dari proyeksi sebelumnya yaitu sebesar 5,3% dan 5,5% masing-masing untuk tahun 2018 dan 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News