Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan bahwa rencana pembentukan Family Office di Indonesia tidak akan menggunakan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Proyek ini sepenuhnya akan dibiayai oleh para miliarder yang menempatkan dananya di Indonesia.
“Tidak ada yang salah itu. Ya memang tidak ada yang mau dibiayain. Yang biayain ya mereka sendiri, orang yang taruh duitnya di situ,” ujar Luhut di sela acara 1 Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran di Jakarta, Kamis (16/10/2025).
Luhut menjelaskan, pemerintah hanya berperan sebagai fasilitator dengan memberikan insentif berupa pembebasan pajak saat dana dimasukkan ke Indonesia. Pajak baru akan dikenakan ketika dana tersebut diinvestasikan ke berbagai proyek di dalam negeri.
Baca Juga: Rencana Bangun Family Office, Luhut Tegaskan Tak Pakai APBN
“Kita tidak pajakin waktu dia naruh, tapi waktu dia investasikan proyek-proyek Indonesia, itu yang kita pajakin. Kita juga menjamin kerahasiaan dan keamanan dananya,” jelasnya.
Untuk meningkatkan kepercayaan investor, pemerintah berencana membentuk Special Economic Zone* (SEZ) atau Zona Ekonomi Khusus yang mengikuti standar internasional.
Lokasi awal yang sedang difokuskan adalah Bali. Bahkan, Luhut menyebut muncul usulan agar seluruh wilayah Bali dijadikan SEZ, meskipun keputusan final masih menunggu pertimbangan Presiden.
“Presiden masih timbang-timbang. Tapi kalau saya, biar dulu kita uji coba di satu daerah, nanti kalau bagus baru kita scale up,” ujarnya.
Luhut mengungkapkan, minat dari calon investor global terhadap Family Office cukup tinggi, termasuk dari Singapura dan China. Namun, proyek ini belum bisa berjalan karena regulasi dan infrastruktur pendukung masih disiapkan.
Baca Juga: Luhut Ingin Family Office, Tunggu Keputusan Presiden
“Bagaimana mau masuk kalau barangnya belum jadi,” katanya.
Sementara itu, Global Markets Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, menilai pembentukan Family Office merupakan langkah positif dan strategis untuk menarik investasi ke dalam negeri.
Menurutnya, konsep ini tidak hanya memperkuat iklim investasi, tetapi juga mempermudah aktivitas bisnis berbagai perusahaan, termasuk perusahaan holding.
“Konsep Family Office ini sangat bagus. Ini akan menarik investasi dan memperkuat daya tarik Indonesia sebagai pusat holding di kawasan,” ujar Myrdal kepada KONTAN.
Ia menjelaskan, keunggulan lain Family Office terletak pada kemudahan kepemilikan aset lintas generasi, termasuk pengurangan pajak warisan. Dengan kemudahan tersebut, Indonesia berpeluang menjadi pusat aktivitas bisnis di Asia Tenggara sekaligus menciptakan lapangan kerja baru.
Baca Juga: Luhut Ungkap Family Office Bakal Dibentuk Tahun 2025, Tapi Tunggu Keputusan Prabowo
“Harapannya, ini bisa menjadikan Indonesia pusat bisnis regional. Targetnya bukan hanya perusahaan besar, tapi juga segmen komersial agar kontribusinya lebih luas,” tambahnya.
Myrdal menekankan, dukungan pemerintah terhadap proyek ini sebaiknya disesuaikan dengan kondisi fiskal.
“Kalau kondisi anggaran mendukung, patut didukung. Tapi kalau tidak, kita harus kreatif mencari sumber pendanaan lain, misalnya dari Danantara, bukan dari APBN,” pungkasnya.
Selanjutnya: Segar Kumala Indonesia (BUAH) Segera Mengeksekusi Stock Split, Rasionya 1:2
Menarik Dibaca: Xiaomi 15T Pro Bawa Lensa Leica Super Jernih dan Reproduksi Warna Kelas Atas!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News