Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan melakukan pertemuan dengan ketua Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional China atau National Development and Reform Commission (NDRC) saat melakukan kunjungan ke Beijing.
Pertemuan tersebut digelar pada Rabu (12/6). Dalam pertemuan itu, Luhut menyampaikan harapannya agar pemerintah China melalui NDRC mendukung proyek pengembangan baterai kendaraan listrik di kawasan industri Buli, Maluku Utara (Malut).
Proyek pengembangan baterai itu merupakan kerja sama antara PT Ningbo Contemporary Bruno Lygend Co, Ltd. (CBL) dengan Indonesia Battery Corporation (IBC), holding perusahaan baterai BUMN Indonesia.
Baca Juga: Saingi China, Konglomerat Indonesia Ramai-Ramai Masuk ke Bisnis Smelter
"Saya harap NDRC dapat mendukung kerja sama antara CBL dan IBC untuk produksi proyek battery materials dan proyek battery recycling di kawasan industri Buli,” ujar Luhut dikutip dari siaran pers, Sabtu (15/6).
Seperti diketahui, CBL merupakan perusahaan joint venture antara Contemporary Amperex Technology Co (CATL), Brunp, dan Lygend yang sudah berdiri sejak Oktober 2020. Proyek kerjasama CBL dan IBC berfokus pada pengembangan industri baterai kendaraan listrik dengan investasi sebesar US$ 5,9 miliar.
Investasi itu mencakup pengembangan teknologi baterai, integrasi sumber daya dari tambang nikel hingga produksi dan daur ulang baterai. CATL, pemegang saham utama CBL merupakan pemimpin global dalam teknologi baterai dengan kapasitas produksi 170,39 GWh pada akhir 2021.
Baca Juga: Pasar Motor Listrik Indonesia Kian Ramai di Tengah Ekspansi Pabrikan Jepang
Proyek CBL dan IBC di kawasan industri Buli mencapai 2.000 hektare (ha) dan akan menjadi pusat produksi dan layanan sumber daya baterai kendaraan listrik. Proyek ini mencakup bijih nikel laterit, produk turunan nikel, bahan baku baterai energi baru, serta daur ulang baterai.
Dengan integrasi sumber daya dan teknologi serta dukungan dari kedua pemerintah, proyek ini diharapkan memperkuat posisi Indonesia dalam industri baterai global dan memperkuat kerjasama ekonomi dan teknologi antara Indonesia dan China.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News