Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hutan masih menjadi salah satu sumber kehidupan bagi manusia. Di mana sektor ini merupakan tempat sumber daya alam yang tersimpan di dalamnya.
Indonesia sendiri merupakan satu dari tiga negara, yakni Brazil dan Kongo, yang memiliki hutan tropis terbesar di dunia. Itu artinya kekayaan alam Indonesia sangat luar biasa, terutama dari sektor kehutanan.
Sebagai informasi, kehutanan juga ternyata menyumbang porsi terbesar di dalam target penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dengan kontribusi sekitar 60% dalam pemenuhan target netral karbon atau net-zero emission.
Baca Juga: Menteri LHK Siti Nurbaya: Peserta G20 Dukung Penuh Folu Net Sink 2030
Bicara hutan, tentunya tak lepas dari salah satu jenis pohon yang memiliki potensi paling tinggi dalam melakukan perubahan iklim, yakni mangrove.
“Namun, taukah Anda...bahwa keistimewaan mangrove adalah, dimana pohon ini bisa menyimpan cadangan karbon 4 sampai 5 kali lebih besar dari tanaman hutan di daratan. Sehingga jika semakin banyak lahan mangrove yang dibuka, maka semakin membantu dalam pengendalian iklim,” kata Muda Saleh, Tenaga Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam keterangannya, Selasa (13/9).
Saat ini, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) sendiri ditunjuk sebagai penanggung jawab dalam penyusunan peta tematik mangrove berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2016 tentang percepatan pelaksanaan kebijakan satu peta pada tingkat ketelitian 1:50.000.
Diketahui, hasil analisis data menunjukkan, terdapat perubahan luasan yang cukup signifikan luas eksisting mangrove dari Peta Mangrove Nasional (PMN) 2013-2019 sebesar 3,311,245 Ha, dan hasil pemutakhiran PMN di tahun 2021 menjadi seluas 3.364.080 Ha.
“Bisa dikatakan, dari data tersebut terdapat kenaikan luasan mangrove eksisting seluas 52.835 Ha. Kenaikan ini menunjukkan indikasi positif dalam upaya konservasi ekosistem mangrove di Indonesia,” paparnya..
Adapun upaya ini dilakukan oleh banyak pihak, baik Kementerian/Lembaga maupun kelompok masyarakat, terutama masyarakat pesisir secara swadaya.
Baca Juga: Dapat Tambahan Rp 730,6 Miliar, Anggaran Kementerian LHK Tahun 2023 Jadi Rp 6,9 T
Gerakan Menanam Mangrove
Muda menambahkan, Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar, tak henti-hentinya mengimbau kepada seluruh jajarannya agar fokus terhadap rehabilitasi mangrove yang merupakan program nasional, bahkan tak segan-segan ia turun ke area penanaman mangrove di sejumlah daerah di Indonesia.
Bahkan, pembahasan mengenai mengrove merupakan salah satu pokok pembahasan penting yang dibawa Menteri Siti Nurbaya di KTT G20. Di mana, program tersebut juga beririsan dengan program prioritas KLHK, yakni Forest and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030 terkait perubahan iklim global.
Dikabarkan, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Norwegia, Espen Barth Eide mengunjungi Indonesia pada hari ini, 11 September 2022, tepatnya di Kalimantan Timur, untuk melihat Taman Mangrove di Teluk Balikpapan dan sejumlah lokasi konservasi dan rehabilitasi mangrove.
Siti Nurbaya juga mengajak menteri dan para perjabat kementerian Norwegia untuk menanam mangrove bersama.
Baca Juga: Fokus Mangrove di KTT G20, Menteri LHK: Komitmen Indonesia Atas Perubahan Iklim
Aksi ini sekaligus menunjukkan keseriusan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terkait konservasi maupun rehabilitasi mangrove sebagai tulang punggung dan faktor penting dalam perubahan iklim dunia.
Nah, dengan jumlah luasan hutan terbesar, dan pembukaan lahan mangrove di berbagai daerah pastinya akan berdampak pada cadangan skala besar karbon di Indonesia. Dengan demikian, Indonesia menempatkan posisinya sebagai tulang punggung dunia dalam hal perubaham iklim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News