Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia memprediksi terjadinya lonjakan tingkat inflasi pada Mei mendatang.
Penyebabnya, gangguan rantai pasok yang diperburuk dengan menurunnya kredit modal kerja untuk UMKM lokal di sektor perdagangan untuk menyambut masa Ramadan dan Idul Fitri pada April dan Mei 2020 ini.
Baca Juga: GPMT minta distribusi pakan tak dibatasi bila karantina wilayah berlaku
"Bank-bank kecil akan berpotensi mengalami masalah likuiditas sebagai imbas kebijakan relaksasi yang diberlakukan OJK dan penundaan pembayaran pinjaman selama masa pandemi,” tutur Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM UI Teuku Riefky, dalam Seri Analisis Makroekonomi yang diterima Kontan.co.id, Senin (13/4).
Konsekuensinya, kredit modal kerja untuk UMKM lokal di sektor perdagangan untuk menyambut masa Ramadan dan Idul Fitri bisa jadi tidak terpenuhi, lanjut dia.
Baca Juga: BI: Tekanan kenaikan harga jual pada triwulan I-2020 menurun
Kondisi ini ditambah dengan adanya gangguan rantai pasok, apabila dibiarkan, akan menimbulkan risiko kelangkaan suplai barang dan makanan sehingga mendorong inflasi naik akibat supply shock.
Sepanjang Maret lalu, inflasi umum tercatat sedikit turun ke 2,96% yoy dibandingkan bulan sebelumnya 2,98% yoy sebagai imbas turunnya permintaan agregat akibat imbauan pembatasan sosial dan penutupan sementara sejumlah kegiatan usaha.
Namun, gangguan rantai pasok menyebabkan peningkatan drastis pada inflasi kelompok harga makanan bergejolak Maret lalu yaitu menjadi sebesar 10,7% yoy dari sebelumnya 6,68% yoy di Februari.
Inflasi inti terdorong naik dari 2,76% yoy di Februari menjadi 2,89% di Maret tahun ini.
Baca Juga: Ekspor perhiasan Indonesia tahun 2020 terhambat akibat wabah virus corona
Untungnya, inflasi komponen harga energi turun drastis akibat anjloknya harga minyak global sehingga mengimbangi dampak kenaikan signifikan yang terjadi pada komponen harga makanan bergejolak.
“Kami melihat inflasi masih akan tetap dalam koridor 2% - 4% sebagai dampak dari adanya potensi penurunan daya beli yang disebabkan menurunnya pendapatan masyarakat dan pelaku usaha sehingga menahan laju inflasi tetap pada target BI. Namun, ancaman akan terjadinya potensi inflasi secara tajam bulan depan perlu diperhatikan,” tandas Riefky dan tim ekonom LPEM UI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News