Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah mulai menunjukkan penguatan terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Bahkan, mengutip Bloomberg pukul 14.00 WIB, rupiah sempat mencapai level Rp 14,790 per dollar AS.
Kepala Penelitian Makroekonomi dan Finansial LPEM UI Febrio Kacaribu mengatakan salah satu faktor penguatan rupiah adalah hasil pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III yang sedikit di atas ekspektasi pasar.
Febrio menjelaskan, dalam seminggu terakhir, rupiah memang menguat paling besar di antara mata uang negara emerging market. Di mana, dalam kurun waktu seminggu dollar AS melemah 2,23% terhadap rupiah.
Pelemahan dollar AS, terutama disebabkan oleh isu midterm election, dan kemungkinan pertemuan Presiden AS Trump dan Presiden China Xi Jinping di pertemuan G-20 di Argentina.
"Sentiman negatif dalam bentuk kemungkinan Demokrat ambil alih pemerintahan. Jika benar terjadi, pemotongan pajak yang menyebabkan membesarnya defisit anggaran AS mungkin akan ditinjau ulang," tutur Febrio, Selasa (6/11).
Meski sudah menunjukkan penguatan, Febrio mengakui hal ini masih sementara. Penguatan rupiah saat ini belum mencerminkan apa yang akan terjadi pada Desember, Apalagi, masih ada tiga faktor risiko global.
Febrio menjelaskan beberapa faktor di antaranya adalah masih akan ada kenaikan Fed funds rat di Desember mendatang.
Harga minyak mentah pun belum pasti akan menurun karena isu Iran yang belum selesai. "Isu trade war juga belum ada jaminan akan berkurang walaupun ada rencana pertemuan Trump - Xi di Argentina," jelas Febrio.
LPEM UI memperkirakan, pertumbuhan ekonomi di tahun ini sebesar 5,1% - 5,2%. Rata-rata pertumbuhan ekonomi di kuartal I hingga kuartal III yang sebesar 5,17% menunjukkan signal pertumbuhan ekonomi mencapai 5,2% semakin besar. Sementara, di 2019, LPEM UI memproyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% - 5,3%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News