kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.912   18,00   0,11%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

LPEM FEB UI: BI Perlu Tahan Suku Bunga Acuan Bulan Ini


Kamis, 16 Februari 2023 / 10:17 WIB
LPEM FEB UI: BI Perlu Tahan Suku Bunga Acuan Bulan Ini
ILUSTRASI. BI diminta tetap pertahankan suku bunga acuan


Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) mengimbau Bank Indonesia (BI) untuk menahan suku bunga acuan di level 5,75% pada bulan ini.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan, ini seiring dengan tekanan inflasi yang melandai dan nilai tukar rupiah yang stabil.

"Kami melihat BI perlu menahan suku bunga acuan untuk menjaga stabilitas harga dan nilai tukar," tutur Riefky kepada Kontan.co.id, Rabu (15/2).

Bila menilik data inflasi terkini Indonesia. Pada Januari 2023, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi sebesar 5,28% YoY atau lebih rendah dari inflasi Desember 2022 yang sebesar 5,51% YoY.

Sedangkan inflasi inti Januari 2023 tercatat sebesar 3,27% YoY, atau juga melandai dari inflasi inti pada Desember 2022 yang sebesar 3,36% YoY.

Baca Juga: Ekonom Ini Proyeksi BI Kembali Kerek Suku Bunga Acuan di Februari 2023

Dari sisi rupiah, terdapat aliran masuk modal asing sejak pertengahan Januari 2023 yang kemudian mendorong Rupiah untuk menguat ke titik terkuatnya, yaitu Rp 14.875 per dolar AS.

Meski, untuk saat ini Rupiah kembali melemah, tetapi tetap stabil bergerak di level sekitar Rp 15.090 per dolar AS.

Selain kondisi dalam negeri, Riefky juga menilik kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang nampaknya mengurangi agresivitas pengetatan kebijakan moneter.

Plus, selisih imbal hasil antara surat utang pemerintah Indonesia dengan surat utang pemerintah AS sudah cukup terjaga, sehingga ini akan menarik aliran masuk modal asing.

"Dengan kondisi ini, BI perlu menahan suku bunga acuan, sembari melanjutkan kebijakan makroprudensial tanpa mengganggu pemulihan ekonomi yang terjadi saat ini," tandas Riefky.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×