Reporter: Risky Widia Puspitasari | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Sebagai negara maritim, wilayah pesisir dan laut memiliki arti tersendiri bagi Indonesia. Sebab, 60% penduduk Indonesia hidup di wilayah pesisir. Selain itu, wilayah pesisir juga ikut menyumbang kontribusi sebesar 26,5% terhadap PDB nasional.
Karena itu, untuk menjaga lingkungan di wilayah tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) membuat program pemberdayaan masyarakat pesisir.
Nursiwan Taqim, Asisten Deputi Pengendalian Kerusakan Pesisir dan Laut KLH mengatakan, saat ini kerusakan lingkungan yang terjadi di wilayah pesisir semakin parah, terutama dengan adanya abrasi.
"Untuk antisipasi kerusakan lebih parah, kita akan berdayakan masyarakat pesisir," kata Nursiwan, usai peluncuran pekan lingkungan Indonesia, di Jakarta, Kamis (17/4).
Dalam program pemberdayaan itu, KLH membentuk sebuah kelompok yang dinamakan Kelompok Rantai Emas untuk merehabilitasi pantai.
"Kalau lingkungan rusak kan masyarakat jadi miskin," ujar Nursiwan.
Kelompok itu terdiri dari para ibu-ibu di daerah setempat yang diberi dana dan bimbingan untuk menyemaikan tanaman mangrove (bakau). Salah satu fungsi mangrove adalah sebagai perisai abrasi dan mengurangi efek gas rumah kaca.
Dana yang diberikan tahun ini Rp 90 juta per kelompok. Dalam tiga tahun ke depan, di daerah ini ada 50 kelompok yang dibimbing.
Tugas kelompok adalah mencari bibit, menyemaikan dan merawat hingga besar. Daerah yang dianggap berhasil ada di Tanjung Pasir, Banten.
"Dulu di sana rusak semua karena tambak, harusnya kan ditanami mangrove dulu, baru tambak belakangnya," tambah Nursiwan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News