kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lapangan kerja minim jadi tantangan bonus demografi


Kamis, 15 Februari 2018 / 08:49 WIB
Lapangan kerja minim jadi tantangan bonus demografi


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minimnya lapangan kerja menjadi masalah bagi Indonesia untuk bisa memanfaatkan bonus demografi. Minimnya lapangan kerja membuat banyak masyarakat usia muda yang menjadi pengangguran, sehingga bonus demografi malah menjadi beban.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan, puncak bonus demografi Indonesia akan terjadi di 2034. Jika bonus demografi bisa dimanfaatkan maka Indonesia bisa keluar jebakan negara berpendapatan menengah atau middle income trap.

Menteri PPN/Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, di tahun 2034 mendatang akan ada 60 tenaga kerja produktif yang mendukung 100 penduduk sehingga angka ketergantungan penduduk akan berada di bawah 50 sehingga ada kontribusi 0,22% terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurut Bambang, jika ekonomi bisa tumbuh 5% saja setiap tahun hingga 2038, maka Indonesia bisa menjadi high income country.

Sayangnya, menurut Bambang, masih ada masalah saat berbicara bonus demografi. Utamanya persoalan lapangan pekerjaan. "Masih banyak pengangguran usia muda, terutama di perdesaan. Tentu kita tidak ingin bonus demografi, dari bonus menjadi beban (burden)," katanya, Rabu (14/2).

Selain soal lapangan pekerjaan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia juga perlu diperbaiki karena berdasarkan standard Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) masih di bawah 70. "Maka baik pendidikan, kesehatan, dan daya beli masyarakat tetap harus diperbaiki," tambahnya.

Setelah memasuki puncak bonus demografi, Bambang bilang, Indonesia mesti siap menghadapi ageing population, yakni jumlah penduduk lanjut usia (lansia) yang membengkak. Diperkirakan pada tahun 2045, Indonesia punya 62 juta penduduk lansia. Padahal, tahun 2015 lalu jumlahnya hanya sekitar 22 juta jiwa

Jika Indonesia memasuki fase ini, pertumbuhan ekonomi akan melambat. Akibatnya, Indonesia bisa lebih sulit keluar dari middle income trap. Oleh karena itulah dengan jumlah penduduk usia produktif yang besar, Indonesia punya momentum mendorong pertumbuhan ekonomi.

Bambang bilang, China saat ini sudah memasuki ageing population yang menyebabkan ekonominya mengalami moderasi. Hal ini juga dialami Jepang dan Korea Selatan. Padahal mereka merupakan raja pertumbuhan saat mengalami bonus demografi.

Peneliti Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara berharap Indonesia bisa mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sebelum memasuki ageing population. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut juga akan membebaskan Indonesia dari middle income trap.

Dari simulasi menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita 2017, Bhima bilang, butuh pertumbuhan ekonomi 11% per tahun agar terlepas middle income trap di 2030. Targetnya pendapatan per kapita mencapai US$ 13.000. "Kalau pertumbuhan ekonomi hanya 5% per tahun, tahun 2043 baru lepas middle income trap," kata Bhima.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×